Ogoh-ogoh karya Sekaa Teruna Yowana Saka Bhuwana (STYSB), Banjar Tainsiat, Denpasar, dihujat oleh sejumlah warganet. Musababnya, warganet kecewa lantaran hasil akhir ogoh-ogoh yang digarap oleh Komang Gede Sentana Putra alias Kedux tersebut tidak sesuai ekspektasi.
Ketua STYSB Komang Angga Natyalaksana pun mengeluarkan surat permintaan maaf terkait hasil ogoh-ogoh mereka tahun ini. Surat permohonan maaf itu juga ditandatangani oleh Kedux selaku konseptor dan penanggung jawab ogoh-ogoh Banjar Tainsiat.
"Dengan segala kerendahan hati kami menyadari karya kami adalah jauh dari kata sempurna dan mengecewakan dari sisi estetika seni maupun teknis. Hal tersebut merupakan dampak dari kekurangan kami dalam pengelolaan waktu, pekerjaan, personel dan keuangan," demikian isi surat permintaan maaf yang diunggah akun Instagram keduxgarage seperti dilihat detikBali pada Minggu (30/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ogoh-ogoh Banjar Tainsiat yang digarap Kedux tahun ini mengangkat konsep Bhuta Ngawesari. Kedux mencoba memvisualkan gaya patung tradisional Bali dengan sentuhan teknologi dalam ogoh-ogoh tersebut.
Adapun, Kedux memanfaatkan sistem mekanik menggunakan teknologi programmable logic controller (PLC) dalam pengerjaan ogoh-ogoh tersebut. Teknologi tersebut diklaim sebagai inovasi canggih dalam seni ogoh-ogoh karena dilengkapi sistem kontrol otomatis yang terprogram.
Dengan teknologi PLC tersebut, Kedux meniatkan ogoh-ogoh yang dia rancang dapat melakukan gerakan lebih kompleks. Misalkan, menggerakkan tangan, kepala, hingga jemari ogoh-ogoh secara otomatis.
Namun, hasil akhir ogoh-ogoh karya Kedux dinilai jauh dari harapan. Bahkan, ogoh-ogoh baru rampung malam hari saat pengerupukan.
Warga yang sudah menanti-nanti di kawasan Catur Muka, Denpasar, baru bisa menyaksikan ogoh-ogoh tersebut pentas saat dini hari dan sebentar lagi Nyepi. Seakan kecewa, sebagian penonton tertangkap kamera meninggalkan kawasan Catur Muka saat ogoh-ogoh Banjar Tainsiat belum selesai pentas.
Kedux mengaku telah membaca dan mendengar berbagai kritik masyarakat dan warganet terkait tidak maksimalnya garapan ogoh-ogoh mereka tahun ini. Permintaan maaf itu juga ditujukan kepada Pemerintah Provinsi Bali, Pemerintah Kota Denpasar, donatur, sponsor, dan kontributor lainnya.
"Aspirasi tersebut sangat berharga untuk kami sehingga dapat kami jadikan sebagai bahan renungan serta evaluasi kami untuk berkarya yang lebih baik di masa depan," tulis surat permintaan maaf tersebut.
Jumlah Ogoh-Ogoh di Catur Muka Dibatasi Tahun Depan
Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar akan membatasi jumlah ogoh-ogoh yang masuk ke kawasan Catur Muka mulai tahun depan. Hal itu akan menjadi bahan evaluasi dalam pelaksanaan malam pengerupukan dengan parade ogoh-ogoh pada 2026.
"Tahun depan, kami akan evaluasi jumlah ogoh-ogoh yang masuk ke kawasan Catur Muka ini. Mungkin akan kami klasifikasi. Akan kami atur," kata Wakil Wali Kota Denpasar, Kadek Agus Arya Wibawa, Sabtu (29/4/2025) dini hari.
Sejak Jumat (28/3/2025) pukul 19.00 Wita hingga Sabtu pukul 04.00 Wita, arak-arakan ogoh-ogoh di kawasan Catur Muka berlangsung tanpa henti. Bahkan, setelah ogoh-ogoh bertajuk Ki Ai Nirnur dari ST Gemeh Indah selesai tampil, masih ada belasan ogoh-ogoh lainnya yang belum tampil di Catur Muka.
Arya Wibawa menjelaskan ogoh-ogoh yang masuk kawasan Catur Muka tidak hanya dibuat oleh satu sekaa teruna. Menurutnya, ada lebih dari satu ogoh-ogoh yang dibuat oleh kumpulan pemuda yang masih dalam satu banjar dengan sekaa teruna bersangkutan. Akibatnya, durasi parade menjadi lebih lama.
"(Arak-arakan ogoh-ogoh) satu ST itu bisa memakan waktu lebih lama. Banyak (ogoh-ogoh karya) satu ST, waktunya molor," ujar Arya Wibawa.
Banyaknya ogoh-ogoh yang tampil di Catur Muka membuat durasi pawai molor dari jadwal yang ditentukan. Berdasarkan kesepakatan bersama Majelis Desa Adat (MDA), arak-arakan ogoh-ogoh saat malam pengerupukan seharusnya berakhir pukul 00.00 Wita.
(iws/iws)