Rai Mantra Ingin Sekolah Widyalaya Diperbanyak di Bali

Rai Mantra Ingin Sekolah Widyalaya Diperbanyak di Bali

Aryo Mahendro - detikBali
Sabtu, 08 Mar 2025 20:14 WIB
Anggota DPD RI Bali Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra alias Rai Mantra ditemui detikBali, di kantor DPD RI Bali, Sabtu (8/3/2025). (Aryo Mahendro)
Foto: Anggota DPD RI Bali Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra alias Rai Mantra ditemui detikBali, di kantor DPD RI Bali, Sabtu (8/3/2025). (Aryo Mahendro)
Denpasar -

Anggota DPD RI Bali Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra alias Rai Mantra ingin program pendidikan atau sekolah Widyalaya diperbanyak di Bali. Melalui Widyalaya, Rai Mantra ingin siswa yang berakhlak mulia dengan berlandaskan nilai-nilai dalam agama Hindu.

"Sekarang ini ada program sekolah berbasis agama dan budaya. Namanya, Madyama Widyalaya. Ini juga jadi program unggulan di DPD dan saya punya fokus ke sana," kata Rai Mantra ditemui detikBali di kantor DPD RI Bali, Sabtu (8/3/2025).

Rai Mantra mengatakan, sekolah Widyalaya itu tak berbeda dengan pendidikan formal lainnya. Ada kurikulum ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan seperti sekolah pada umumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanya saja, ada tambahan pembelajaran nilai-nilai dalam agama Hindu dalam sekolah Widyalaya kepada siswa. Hampir sama dengan sekolah berbasis agama seperti madrasah atau sekolah kristen.

Ada empat nilai dalam agama Hindu yang diusung dalam sekolah Widyalaya itu. Yakni, Sidhi atau cerdas, Sidha atau terampil, Sudha atau jujur, Sadhu atau bijaksana.

ADVERTISEMENT

"Tapi bukan sekolah agama. Kurikulumnya umum. Tapi ada muatan dari keagamaan. Ada kurikulum tambahan. Lebih pendalaman kepada ahlak," kata Rai Mantra.

Rai Mantra mengatakan, sekolah Widyalaya ini dapat diterapkan di sekolah tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga menengah atas dan kejuruan, swasta, dan negeri. Dapat didirikan secara mandiri atau dengan mengubah sekolah yang sudah ada.

Jika ada sekolah swasta yang ingin berubah status menjadi negeri dapat dilakukan dengan penerapan program Widyalaya. Hal itu juga berlaku untuk sekolah negeri.

Semua sekolah formal, yang bertransformasi melalui program pendidikan Widyalaya itu, akan berubah status menjadi sekolah negeri di bawah naungan Kementerian Agama.

"Kalau dia sekolah swasta guru-guru juga bisa ikut PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Bisa akses BOS (Bantuan Operasional Sekolah) juga," jelasnya.

Rai Mantra mengatakan, sudah ada satu sekolah TK dan satu SD di Denpasar, yang ingin ada program Widyalaya itu. Hanya saja, dua sekolah itu masih terafiliasi dengan sekolah luar biasa (SLB-C) khusus autisme.

"TK-TK di banjar itu boleh saja daftar (program Widyalaya). Kalau mau bangun sekolah baru ya boleh," katanya.

Menurutnya, siswa di Bali butuh peningkatan kualitas untuk menciptakan sumber daya yang baik. Hal-hal seperti, keterampilan dan didukung dengan perilaku yang baik, perlu ada pada siswa sejak dini.

Selain itu, tidak banyak sekolah bernuansa atau berbasis agama Hindu di Bali. Berbeda dengan sekolah berbasis agama Islam atau Katolik yang sudah lama dan maju di Indonesia.

"Contoh, kalau sekolah lain ada saudara kita dari muslim dan Kristen, sudah biasa kita dengar. (Sekolah) madrasah dan segala macam, kan bagus-bagus, maju-maju tuh," ujarnya.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads