Hasil Sidang Isbat 1 Ramadhan 1446 H, Puasa Mulai 1 Maret 2025

Hasil Sidang Isbat 1 Ramadhan 1446 H, Puasa Mulai 1 Maret 2025

Anisa Rizki Febriani - detikBali
Jumat, 28 Feb 2025 19:53 WIB
Konferensi pers sidang isbat (dok. YouTube Kemenag)
Konferensi pers sidang isbat (dok. YouTube Kemenag)
Jakarta -

Pemerintah resmi menetapkan 1 Ramadhan 1446 Hijriah jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Kepastian ini diperoleh melalui sidang isbat yang digelar di Auditorium H M Rashida, Kementerian Agama (Kemenag), Jakarta Pusat, pada Jumat (28/2/2025).

"Tanggal 1 Maret 2025 bertepatan dengan 1 Ramadan 1446 H," kata Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar dalam konferensi pers hasil sidang isbat di Gedung Kemenag RI, Jakarta, dilansir dari detikHikmah.

Penetapan awal Ramadan dilakukan dengan metode hisab dan dikonfirmasi melalui pemantauan hilal (rukyatul hilal). Kemenag bekerja sama dengan Kantor Wilayah Kemenag di berbagai daerah untuk melakukan pemantauan hilal di sejumlah titik di seluruh Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag, Cecep Nurwendaya, menjelaskan bahwa kemunculan bulan baru telah teramati di dunia dan Indonesia.

"Pada peta dunia, ketinggian hilal sudah sangat signifikan. Di seluruh wilayah dunia, yang paling timur 1 derajat, sementara paling barat mencapai 14 derajat. Di wilayah Indonesia, angkanya berkisar antara 3,2 hingga 4,4 derajat," ujarnya.

Menurut Cecep, posisi hilal di Indonesia memenuhi kriteria yang disepakati oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), yaitu ketinggian minimal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.

"Berdasarkan kriteria MABIMS, pada 29 Syaban 1446 H atau 28 Februari 2025, posisi hilal di beberapa wilayah Indonesia memenuhi syarat dengan ketinggian minimum 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Dengan demikian, secara hisab, 1 Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu Pahing, 1 Maret 2025," terangnya.

Proses Sidang Isbat

Seperti tahun-tahun sebelumnya, sidang isbat dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan organisasi masyarakat (ormas) Islam, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ahli falak, serta perwakilan dari DPR dan Mahkamah Agung.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad, menjelaskan bahwa sidang isbat berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pemaparan data posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi. Tahap kedua, verifikasi hasil rukyatul hilal dari berbagai titik pemantauan di Indonesia. Tahap terakhir adalah musyawarah serta pengambilan keputusan yang kemudian diumumkan kepada publik.

"Kita berharap umat Islam di Indonesia dapat mengawali Ramadan tahun ini secara bersama-sama," kata Abu Rokhmad.

Dasar Penetapan Awal Hijriah

Penetapan awal bulan Hijriah didasarkan pada metode hisab dan rukyat sesuai dengan Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah. Proses hisab telah dilakukan oleh hampir semua ormas Islam di Indonesia.

Rangkaian sidang isbat diakhiri dengan konferensi pers yang hasilnya turut disiarkan secara daring melalui media sosial resmi Kemenag RI, termasuk YouTube.

Artikel ini telah tayang di detikHikmah. Baca selengkapnya di sini!




(dpw/nor)

Hide Ads