Istilah 'fear of a better option (FOBO)' atau 'takut ada pilihan yang lebih baik' sedang tren, terutama di kalangan Generasi Z (Gen Z). Fenomena baru ini menjadi penyebab kecemasan berlebih.
Dilansir dari Wolipop, FOBO menjadi salah satu bentuk kecemasan modern yang dialami ketika seseorang dihadapkan pada terlalu banyak pilihan. Walhasil, mereka sulit untuk mengambil keputusan.
Patrick McGinnis, seorang penulis dan kapitalis ventura yang pertama kali menciptakan istilah FOBO. Ia menggambarkannya sebagai sebuah kecemasan dalam mengambil keputusan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fenomena ini adalah sebuah kecemasan bahwa sesuatu yang lebih baik akan datang yang membuat kita enggan untuk berkomitmen pada pilihan yang sudah ada," ungkap McGinnis.
FOBO sering membuat seseorang menunda keputusan karena takut melewatkan pilihan yang lebih baik di masa depan. McGinnis bahkan menyebut FOBO sebagai 'saudara jahat' dari 'fear of missing out (FOMO)' atau takut ketinggalan.
Jika FOMO mendorong seseorang untuk terus mengikuti tren dan takut tertinggal dari orang lain, FOBO justru menimbulkan kecemasan dalam memilih di antara banyak pilihan yang tersedia.
FOBO membuat seseorang ragu dan menunda keputusan, bahkan untuk hal-hal sederhana. Sementara FOMO cenderung membuat seseorang impulsif dalam mengambil keputusan agar tidak merasa tertinggal.
Selain itu, FOBO bisa menyebabkan kelelahan dalam mengambil keputusan atau decision fatigue. Sementara FOMO bisa menyebabkan stres akibat tekanan sosial dan perasaan tidak cukup melakukan sesuatu.
Artikel ini telah tayang di Wolipop. Baca selengkapnya di sini!
(iws/iws)