Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jembrana, Bali, turun pada 2024. Dinas Kesehatan (Dinkes) Jembrana mencatat sebanyak 332 kasus sepanjang 2024, turun hampir 100 kasus dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, masyarakat diminta tetap waspada dan tidak lengah.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jembrana, I Gede Ambara Putra, mengatakan penurunan kasus ini tak lepas dari peran aktif masyarakat dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Penurunan (kasus DBD) ini juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang cukup ekstrem pada tahun 2024, di mana hujan deras sering mengguyur wilayah Jembrana," ungkap Ambara saat dikonfirmasi detikBali, Kamis (9/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kecamatan Negara menjadi wilayah dengan kasus DBD tertinggi selama 2024, yakni 93 kasus. Disusul Kecamatan Jembrana 89 kasus, Mendoyo 82 kasus, Melaya 42 kasus, dan Pekutatan 26 kasus.
Jika dibandingkan dengan lima tahun terakhir, pada 2023 menjadi puncak tertinggi kasus DBD di Jembrana dengan 435 kasus. Sementara itu, 2021 menjadi tahun dengan DBD terendah, yakni 96 kasus.
Ambara menjelaskan cuaca ekstrem pada 2024 dapat menghambat perkembangbiakan nyamuk. Namun, dirinya mengingatkan agar masyarakat tetap waspada terutama saat musim peralihan.
"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan, terutama saat musim hujan. Dengan begitu, kita dapat menekan angka kasus DBD. Selain itu, penerapan 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur tempat penampungan air juga sangat berpengaruh dalam mencegah kasus DBD," tegas Ambara.
"Beruntung, hingga saat ini belum ada laporan kasus kematian akibat DBD di Kabupaten Jembrana. Para pasien yang terjangkit umumnya hanya menjalani perawatan di fasilitas kesehatan dan kemudian dinyatakan sembuh," imbuhnya.
(iws/iws)