Kondisi menyedihkan kerap terlihat setiap akhir tahun di pesisir Bali. Pantai-pantai eksotis di Pulau Dewata, seperti di Seminyak, Legian, Kuta, Tuban, Kedonganan hingga Jimbaran menjadi 'langganan' tempat berkumpulnya kiriman sampah laut.
Di Pantai Kedonganan misalnya, sampah anorganik mendominasi gulungan limbah lain, seperti kayu dan barang bekas. Peningkatan intensitas hujan dan angin kencang diduga menjadi pemicu masalah itu kerap terulang.
Pantauan detikBali di lokasi, sukarelawan berhasil mengumpulkan puluhan karung plastik bekas. Namun, banyak sampah kecil yang masih bercampur dengan pasir, menjadikan Pantai Kedonganan bak 'gurun sampah plastik'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa restoran di kawasan pinggir pantai memutuskan untuk tetap tutup karena sampah yang berserakan, mulai dari ranting, batang pohon hingga plastik. Situasi ini juga membuat pantai tak bisa dimanfaatkan oleh wisatawan.
Fenomena ini memicu pegiat lingkungan dari komunitas Sungai Watch untuk bergerak. Sejak Rabu (25/12/2024), mereka telah mengumpulkan hingga 3 ton sampah plastik dengan bantuan sukarelawan, termasuk siswa sekolah dan wisatawan.
"Kami khusus ambil yang nonorganik karena lebih banyak dibanding jenis lain. Kalau yang kayu dan ranting itu akan ditangani petugas di pantai," ucap Made Hari Semara, salah satu anggota Sungai Watch, Kamis (26/12/2024).
Menurut Made, sampah-sampah ini merupakan kiriman dari laut yang terbawa arus akibat cuaca ekstrem. Periode Desember hingga akhir Februari atau awal Maret adalah masa puncak sampah laut terdampar di Bali, terutama dari arah barat.
"Di bulan-bulan itu momen sampah laut akan banyak terdampar di pantai. Ini kiriman dari laut yang datangnya karena cuaca ekstrem, dibawa dari arah barat ke perairan akhirnya sampai di pantai Bali," jelasnya.
Hujan deras yang terus mengguyur wilayah pesisir menjadi tantangan tersendiri bagi upaya pembersihan. Made menambahkan kondisi cuaca yang tak bersahabat memaksa sukarelawan untuk bekerja ekstra hati-hati demi keselamatan.
"Beberapa hari ke depan akan kami lanjutkan. Karena kendala hujan, pembersihan dilakukan bertahap," ungkap Made.
Kotornya pantai-pantai di Bali akibat kiriman sampah laut mendapatkan sorotan dari pelaku pariwisata. Mereka mengusulkan penanganan sampah dilakukan di laut, bukan di pantai. Tujuannya agar pantai-pantai di Bali, khususnya Badung, tidak lagi dipenuhi sampah kiriman.
"Masukan saya mengenai sampah di Badung ke depan memang dari laut sudah dikumpulkan, tidak (dipungut) di pantai lagi. Bagaimana caranya? Mungkin bisa dipikirkan," jelas Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana di Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Kamis (26/12/2024).
Usulan itu mendapat respons positif dari Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Made. Menurutnya, usulan tersebut baik dan menarik.
"Banyak negara sudah melakukan. Seperti yang dilakukan juga oleh penyanyi Coldplay (melalui kapal) di Sungai Citarum," terang Ayu.
Ayu menyebut ide tersebut bakal ditampung oleh Kemenpar dan juga dapat dikerjakan di bawah Deputi Destinasi atau Kementerian Lingkungan. "Nanti akan ada elaborasi lebih lengkap, sekarang sedang digodok. Sehingga bisa (persoalan sampah) di seluruh wilayah Indonesia bisa ditangani. Termasuk edukasi, dan wisatawan juga (tidak merasa) jauh-jauh Bali, tetapi kok begini (banyak sampah)," terangnya.
(iws/iws)