Dokter Hewan di Bali Ungkap Adanya Pergeseran Gejala Rabies

Dokter Hewan di Bali Ungkap Adanya Pergeseran Gejala Rabies

Ida Bagus Putu Mahendra - detikBali
Minggu, 29 Sep 2024 19:10 WIB
Vaksinasi dan sterilisasi anjing dalam acara world rabies day di area parkir Pantai Mertasari, Minggu (29/9/2024). (Ida Bagus Putu Mahendra/detikBali)
Foto: Vaksinasi dan sterilisasi anjing dalam acara world rabies day di area parkir Pantai Mertasari, Minggu (29/9/2024). (Ida Bagus Putu Mahendra/detikBali)
Denpasar -

Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Bali Dewa Made Anom mengungkap adanya pergeseran gejala rabies pada hewan penular rabies (HPR), terutama anjing. Ia menyebutnya adanya mutasi virus rabies.

Biasanya, anjing yang terjangkit rabies mengalami sejumlah gejala. Mulai dari keluar air liur, takut dengan air, hingga menghindari cahaya. Namun pada mutasi virus rabies ini, anjing yang terjangkit rabies terlihat normal.

"Pengalaman kami di tempat praktik saya, tidak semua seperti itu. Ada anjing klinisnya masih fine-fine saja. Setelah kami observasi 1-2 hari, muncul gejala rabies. Bukan efek vaksin. Ada perkembangan cuaca," ungkap Anom di sela-sela acara World Rabies Day di Pantai Mertasari, Sanur, Bali, Minggu (29/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menduga mutasi terjadi lantaran adanya perkembangan cuaca. Berdasarkan pengamatannya, mutasi virus rabies mulai terjadi sejak sepuluh tahun belakangan.

Pasalnya, mutasi rabies ini belum pernah diteliti melalui riset-riset. Bahkan ia menyebut kondisi rabies ini agak berbeda dengan ilmu yang diperolehnya sewaktu mengenyam pendidikan di bangku kuliah.

ADVERTISEMENT

"Itu dari pengalaman kami. Cuma riset belum ada yang menyatakan. Dari buku text book yang kami dapatkan waktu kuliah, agak jauh berbeda," ujarnya.

Ia pun mewanti-wanti rekan seprofesinya agar lebih berhati-hati menangani anjing. Sebab, kondisi terkini tak sesuai dengan buku teks. Anom tak mengelak bila Bali menjadi sorotan soal kasus rabies lantaran populasi anjing yang cukup besar di Pulau Dewata.

"Kalau di Bali ada kasus rabies, kami menangani, kami videokan dan share ke teman-teman agar lebih aware. Di Bali, anjing populasi paling banyak. Jadi case rabies di Bali cukup (banyak). Menjadi suatu acuan lah," pungkasnya.

Sebelumnya, anjing gila yang mengamuk di Jembrana, dipastikan positif rabies sesuai hasil pemeriksaan laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar. Anjing tersebut menggigit 11 warga di tiga banjar di Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana.

"Hasil laboratorium positif rabies, sehingga kami lanjutkan vaksinasi massal di tiga banjar lokasi gigitan," ungkap Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan Kesmavet) Jembrana, I Wayan Widarsa, kepada detikBali, Senin (22/7/2024).

Widarsa mengungkapkan total ada 25 kasus gigitan anjing positif rabies tercatat di Kabupaten Jembrana hingga Juli 2024. Menindaklanjuti kasus rabies ini, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana menggelar vaksinasi massal di tiga banjar lokasi gigitan. Yaitu, Banjar Palungan Batu, Banjar Sawe, dan Banjar Taman.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads