Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengakui beberapa program kerja belum terealisasi pada masa kepemimpinannya. Salah satunya terkait penyelenggaraan bus kota dengan skema layanan buy the service (BTS).
"BTS sudah kami lakukan di 13 kota. Tetapi, tidak semua kota memberikan suatu respons yang baik," kata Budi Karya saat menghadiri peringatan Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas) 2024 di Bali Maritim Tourism Hub (BMTH), Selasa (17/9/2024) sore.
Dalam kesempatan itu, Budi Karya juga mewacanakan trem otonom atau autonomous rail rapid transit (ART) sebagai alternatif angkutan publik di Bali. Ia juga mengatensi pembangunan lintas rel terpadu (LRT) Bali Urban Subway di Pulau Dewata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti BTS juga akan kami berikan di Bali. Tapi, memang ada suatu konsep yang sebenarnya yang paling macet di daerah kota. Kami sedang memikirkan ART beroperasi di Kuta," ujarnya.
BTS merupakan skema pemberian subsidi berupa pembelian layanan dari perusahaan angkutan umum untuk penyelenggaraan angkutan penumpang umum di kawasan perkotaan. Melalui skema ini, layanan bus diharapkan semakin terjangkau dan mendorong minat masyarakat beralih menggunakan angkutan umum massal.
Layanan bus BTS telah tersedia di sejumlah kota dengan beroperasinya Teman Bus. Di Bali, layanan tersebut diterapkan pada Trans Metro Dewata.
Sebelumnya, PT Satria Trans Jaya selaku operator bus Trans Metro Dewata mendorong pengadaan angkutan pengumpan (feeder). Rencananya, feeder ini akan berbentuk seperti angkutan minibus. Feeder bertugas untuk menjemput penumpang di halte untuk kemudian mengantarkan ke tempat tujuan.
"Kami evaluasi, seperti kami sampaikan, perlu ada suatu yang terintegrasi. Jadi sekarang kan belum terintegrasi. Begitu sampai di halte, tidak ada yang menjemput (penumpang). Itu dia feeder," kata Direktur PT Satria Trans Jaya, Ketut Edi Dharma Putra di Denpasar, Jumat (6/9/2024).
Selain dapat meningkatkan kualitas transportasi publik, Edi menyebut feeder hadir dengan ongkos yang lebih rendah. Sehingga, penumpang tak perlu memesan tranportasi lainnya hingga menelan biaya lebih tinggi.
"Karena begitu turun di halte, sudah ada angkutan. Tujuan angkutan umum itu kan biaya terjangkau. Kalau dia turun, nggak ada angkutan, dia cari online, kan mahal jadinya," ujarnya.
Sejauh ini, baru satu feeder yang telah beroperasi di wilayah Sanur, Denpasar. Edi berharap pemerintah kabupaten/kota di wilayah Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan (Sarbagita) dapat memfasilitasi pengadaan angkutan pengumpan tersebut.
Untuk diketahui, bus Trans Metro Dewata menargetkan jumlah penumpang harian meningkat meningkat menjadi 40 persen setelah perubahan dan tambahan rute per 1 Agustus 2024. Sejauh ini, load factor bus tersebut secara keseluruhan 32 persen.
(iws/gsp)