Gerindra buka suara terkait Jusuf Kalla (JK) mengkritik kinerja Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim dan berharap agar pemerintah baru lebih bijak memilih pejabat. Wakil Ketua Umum (Waketum) Gerindra Rahayu Saraswati mengatakan pemerintah baru akan melihat calon menteri dari kapasitas dan latar belakang.
"Semua calon-calon menteri, itu kenapa butuh waktu yang cukup lama karena pasti akan dilihat dari kapasitas, akan dilihat dari latar belakangnya full ya," kata Wakil Ketua Umum (Waketum) Gerindra Rahayu Saraswati kepada wartawan di Jakarta Theater, Jakarta Pusat, Minggu (8/9/2024) dikutip dari detikNews.
Saras mengatakan pemilihan menteri dipertimbangkan dari yang terbaik. Adapun sosok menteri Prabowo-Gibran nantinya harus bisa menggabungkan antara visi-misi, program, dan eksekusi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang bagaimana harus yang terbaik yang bisa menggabungkan antara eksekusi, program, menangkap visi misi asta cita dan tentunya memahami bagaimana pemerintahan dari segi birokrasi itu harus berjalan," kata Saras.
Ia menyebut segala aspek harus dipertimbangkan dalam memilih menteri. Kendati demikian, Saras tak ingin mengomentari lebih jauh kritik yang diberikan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 itu ke Nadiem Makarim.
"Semua itu harus dipertimbangkan ya, Siapa yang jadi (Mendikbud) kami nggak tahu, kita lihat aja. H-5 menit juga bisa berubah," ungkap dia.
"Kalau itu (kritik JK ke Nadiem) mungkin saya nggak bisa komentar," imbuhnya.
Kritik JK
JK sebelumnya menyentil kinerja Nadiem Makarim. JK menyebut Nadiem jarang mengecek permasalahan ke daerah-daerah dan jarang ke kantor.
JK mulanya mengulas tokoh-tokoh pendidikan yang menjabat Kementerian Pendidikan RI. JK menyebutkan tokoh-tokoh itu memiliki latar belakang kuat di bidang pendidikan. Dia juga mengulas menteri pendidikan terakhir sebelum Nadiem, Anies Baswedan.
JK lalu menyinggung kinerja Nadiem selama menjabat di Kemendikbudristek. Menurutnya, Nadiem tidak memiliki pengalaman di bidang pendidikan.
"Ada kemudian Mas Nadiem, yang tidak punya pengalaman guru, bidang pendidikan, tidak pernah datang ke daerah, jarang ke kantor," ujarnya.
Baca selengkapnya di sini
(nor/gsp)