Timur Tengah Memanas, AS Siapkan Skenario-Kerahkan Kapal Perang

Timur Tengah Memanas, AS Siapkan Skenario-Kerahkan Kapal Perang

Tim detikNews - detikBali
Jumat, 02 Agu 2024 11:43 WIB
The Theodore Roosevelt (CVN 71), a nuclear-powered aircraft carrier is anchored in Busan, South Korea, June 22, 2024. Song Kyung-Seok/Pool via REUTERS
Ilustrasi - Kapal induk AS The Theodore Roosevelt (Foto: Song Kyung-Seok/Pool via REUTERS)
Bali -

Eskalasi konflik di Timur Tengah memanas setelah pembunuhan para pejabat Hizbullah dan Hamas. Iran dan proksi-proksinya pun telah bereaksi terhadap dua operasi yang dituduh telah dilakukan Israel.

Amerika Serikat (AS) kabarnya telah bersiap menghadapi potensi eskalasi konflik di Timur Tengah. Terlebih, Washington kerap dikaitkan terlibat karena mendukung Israel dengan intelijen dan persenjataan.

"Kami sedang mempersiapkan semua skenario, potensi evakuasi warga Amerika dari kawasan tersebut atau serangan terhadap pasukan kami," ucap seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, kepada Al Arabiya English, dikutip dari detikNews, Jumat (2/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pentagon memerintahkan sejumlah kapal perang dan aset militer AS lainnya bergerak ke Timur Tengah tak lama setelah serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu. Pejabat AS beralasan hal itu untuk mencegah Iran atau kelompok lain membuka front kedua.

Pejabat AS tersebut mengonfirmasi bahwa sedikitnya ada 12 kapal perang Amerika di kawasan itu, termasuk kapal induk USS Theodore Roosevelt. Selain itu, ada lebih dari 4.000 personel marinir dan pelaut AS di kawasan tersebut.

ADVERTISEMENT

Departemen Luar Negeri AS telah mengimbau setiap warga negara Amerika untuk tidak bepergian ke Lebanon atau Israel bagian utara saat ketegangan antara Hizbullah dan Tel Aviv terus meningkat. Beberapa maskapai penerbangan juga membatalkan penerbangan tujuan kedua negara tersebut.

Tewasnya Pimpinan Hizbullah dan Hamas

Para pejabat Washington mengungkapkan mereka telah diberi informasi sesaat sebelum operasi militer Israel yang menewaskan komandan Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut, Lebanon. Namun, AS membantah telah terlibat dalam serangan tersebut.

Tel Aviv telah mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan Shukr di pinggiran selatan Beirut. Mereka menyebut serangan itu merespons serangan roket yang menewaskan 12 orang di Dataran Tinggi Golan pada akhir pekan, yang diyakini didalangi oleh Hizbullah.

"Ini adalah modus operandi mereka, jadi kami mengantisipasi Iran atau kelompok yang didukungnya akan mengeluarkan perintah untuk menargetkan pasukan kami. Itu adalah apa yang telah mereka lakukan di masa lalu dan apa yang kami harapkan sekarang," ucap salah satu pejabat AS tersebut.

Potensi eskalasi meningkat setelah operasi kedua terjadi ketika pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, terbunuh dalam serangan di Iran. Haniyeh berada di negara itu dalam rangka menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.

Shukr dan Haniyeh telah ditetapkan sebagai teroris oleh pemerintah AS. Keduanya dituduh berperan penting dalam pengeboman Barak Korps Marinir AS di Beirut yang menewaskan 241 tentara AS pada 23 Oktober 1983.

Baik Hizbullah, Hamas, dan pendukung utama mereka di Iran, telah bersumpah untuk merespons serangan yang menewaskan Shukr dan Haniyeh. Wakil Presiden Keterlibatan Internasional pada Institut Timur Tengah, Paul Salem, memperkirakan Hizbullah dan Iran pasti akan membalas.

"Dan sulit membayangkan bahwa mereka akan membidik apa pun kecuali target bernilai tinggi di Tel Aviv untuk menunjukkan kesimetrisan setelah serangan di Teheran dan Beirut. Hal ini akan mengakibatkan eskalasi otomatis dan besar," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di detikNews. Baca selengkapnya di sini!




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads