Klungkung Tempati Posisi ke-2 Rawan Bencana Tsunami di Bali

Klungkung Tempati Posisi ke-2 Rawan Bencana Tsunami di Bali

I Putu Budikrista Artawan - detikBali
Jumat, 21 Jun 2024 07:09 WIB
Kepala Stasiun Geofisika Kelas II Denpasar Arief Tyastama (kiri) dan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono (kanan), Kamis (20/6/2024). (I Putu Budikrista Artawan/detikBali)
Foto: Kepala Stasiun Geofisika Kelas II Denpasar Arief Tyastama (kiri) dan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono (kanan), Kamis (20/6/2024). (I Putu Budikrista Artawan/detikBali)
Klungkung -

Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, Bali, menempati posisi kedua rawan bencana tsunami setelah perairan Badung. Hal tersebut disampaikan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono.

"Berdasarkan catatan historis tsunami, wilayah Kusamba sudah empat kali diterjang tsunami. Misalnya tsunami tahun 1815 dan 1917 yang dikenal sebagai Gejer Bali I dan II di mana menimbulkan banyak korban jiwa," kata Daryono di sela-sela kegiatan Sekolah Lapang Gempa Bumi 2024 di Klungkung, Kamis (20/6/2024).

Kemudian, lanjut Daryono, pada 1977 merupakan tsunami kiriman dari selatan Sumbawa. Selain itu, tsunami Banyuwangi pada 1994 disebabkan oleh megathrust selatan Banyuwangi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wilayah Klungkung, khususnya Kusamba berbatasan dengan selat Badung di bagian selatan yang menghadap langsung segmen megathrust yang berpotensi menimbulkan gempa bumi dengan magnitude maksimum 8,5 dan menimbulkan tsunami dengan ketinggian maksimum 8 meter di pesisir Kusamba," beber Daryono.

Meningkatnya kerawanan bencana tsunami di wilayah Kusamba disebabkan beberapa hal. Di antaranya adanya lokasi yang berhadapan dengan sumber pembangkit gempa bumi di bagian selatan, padatnya penduduk di wilayah pesisir, topografi yang landai, aktivitas tiga pelabuhan yang padat, pemindangan ikan, masyarakat nelayan, wisata religi, pertanian garam, dan aktivitas pabrik.

ADVERTISEMENT

Sementara Kepala Stasiun Geofisika Kelas II Denpasar Arief Tyastama menjelaskan hingga saat ini gempa bumi belum dapat diprediksi, namun untuk tsunami dapat diperkirakan berdasarkan pemodelan BMKG.

"Kita harus mampu melakukan mitigasi gempa bumi mandiri dan memahami rantai peringatan dini tsunami sehingga dapat melakukan tindakan yang tepat untuk meminimalisasi korban," ujar Arief.




(nor/gsp)

Hide Ads