Terkuak Alasan Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang Israel

Internasional

Terkuak Alasan Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang Israel

Tim detikNews - detikBali
Selasa, 18 Jun 2024 08:15 WIB
Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu attends a cabinet meeting at the Bible Lands Museum in Jerusalem on June 5, 2024. GIL COHEN-MAGEN/Pool via REUTERS Purchase Licensing Rights, opens new tab
PM Israel Benjamin Netanyahu. (Foto: GIL COHEN-MAGEN/Pool via REUTERS Purchase Licensing Rights)
Denpasar -

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu membubarkan kabinet perang yang beranggotakan enam pejabat tinggi. Pembubaran ini dilakukan karena mantan jenderal militer Israel, Benny Gantz, mengundurkan diri dari kabinet perang pekan lalu.

Dilansir dari detikNews, Selasa (18/6/2024), seorang pejabat Israel yang enggan disebut namanya mengungkapkan bahwa Netanyahu saat ini diperkirakan akan menggelar rapat konsultasi dengan sekelompok menteri untuk membahas perang yang berkecamuk melawan Hamas di Jalur Gaza.

Menteri Pertahanan (Menhan) Yoav Gallant dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer yang tergabung dalam kabinet perang Israel, menurut pejabat Tel Aviv itu, akan menghadiri rapat konsultasi yang digelar oleh Netanyahu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa waktu terakhir, Netanyahu menghadapi tuntutan dari sekutu-sekutu beraliran nasionalis-religius dalam koalisi pemerintahannya, seperti Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, agar disertakan ke dalam kabinet perang.

Langkah semacam itu berpotensi meningkatkan ketegangan antara Israel dengan mitra-mitra internasional, termasuk Amerika Serikat (AS).

ADVERTISEMENT

Kabinet perang Israel dibentuk setelah Gantz, yang pernah menjabat Wakil PM dan Menhan di negara Yahudi itu, bergabung dengan Netanyahu dalam pemerintahan persatuan nasional pada awal perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.

Kabinet perang itu juga menyertakan sekutu Gantz, seperti Gadi Eisenkot dan Aryeh Deri, yang merupakan ketua partai keagamaan Shas, sebagai pengamat.

Gant dan Eisenkot telah mengundurkan dari pemerintahan Israel pekan lalu, karena apa yang mereka sebut sebagai kegagalan Netanyahu dalam menyusun strategi perang di Jalur Gaza.

Dalam pengumuman pengunduran dirinya pekan lalu, Gantz menuduh Netanyahu tidak memiliki strategi perang yang efektif di Jalur Gaza dan gagal dalam perang melawan Hamas.

"Netanyahu menghalangi kita untuk meraih kemenangan nyata. Itu sebabnya kami meninggalkan pemerintahan darurat hari ini dengan berat hati," kata Gantz dalam pidato yang disiarkan televisi setempat dan dilansir AFP, Senin (10/6) lalu.

Dia juga menyerukan pemilu dini untuk Israel dan menegaskan bahwa harus ada pemilu yang pada akhirnya akan membentuk pemerintahan yang akan mendapatkan kepercayaan rakyat dan mampu menghadapi tantangan.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads