Nestapa Kakak Beradik di Buleleng: Yatim Piatu, Hidup Miskin Berujung Bunuh Diri

Round Up

Nestapa Kakak Beradik di Buleleng: Yatim Piatu, Hidup Miskin Berujung Bunuh Diri

Tim detikBali - detikBali
Selasa, 28 Mei 2024 08:05 WIB
Proses evakuasi terhadap jasad kakak beradik yang tewas di Tukad Bangkung, Pelaga, Kecamatan Petang, Badung, Bali, Minggu (26/5/2024). (Foto: Istimewa)
Proses evakuasi terhadap jasad kakak beradik yang tewas di Tukad Bangkung, Pelaga, Kecamatan Petang, Badung, Bali, Minggu (26/5/2024). (Foto: Istimewa)
Buleleng -

DISCLAIMER: Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapapun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental terdekat.

Kakak beradik di Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali, KS (23) dan adiknya, PY (5) ditemukan tewas diduga bunuh diri di Jembatan Tukad Bangkung, Badung. Nestapa, akhir hidup mengenaskan bagi kakak beradik yatim piatu dan hidup miskin itu.

Perbekel Desa Bontihing I Gede Pawata, mengungkapkan mereka adalah kakak beradik yatim piatu yang termasuk warga miskin di wilayahnya. KS menjadi tulang punggung keluarga sejak kedua orang tua mereka meninggal, sekitar lima tahun lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain menanggung adiknya, KS juga harus mengurus kakak perempuannya, LS (34), yang seorang penyandang disabilitas. Sedangkan, saudara nomor tiga atau adik KS, yakni KM, sudah menikah. Mereka seluruhnya lima bersaudara, tapi satu orang meninggal dunia saat masih kecil.

Dulunya, KS bekerja di bengkel motor. Namun, setelah PS sakit, KS memutuskan berhenti bekerja agar bisa menjaga sang adik. Dia lantas membuka servis alat elektronik di rumah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Kondisinya memang kurang mampu. Yatim piatu. Dia berhenti kerja agar bisa jaga adiknya. Kerja serabutan di rumah, servis alat elektronik," jelas Pawata kepada detikBali, Senin (27/5/2024).

Setelah dipulangkan ke rumah duka di Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, jenazah kakak beradik itu langsung dimakamkan di Setra Desa Bontihing, Senin dini hari, sekitar pukul 02.00 Wita.

"Karena ini ulah pati (bunuh diri) langsung dikubur tadi pagi. Penguburannya jam 2 dini hari," kata Pawata.

Dia juga mengungkapkan KS yang mengajak PS sempat membeli satu liter bensin di sebuah warung sebelum menuju Jembatan Tukad Bangkung. Dia hendak memperbaiki televisi pemilik warung di Desa Bontihing bernama Made Warka.

"Saat itu dia akan memperbaiki televisi pemilik warung Made Warka. Tapi dia beli bensin dulu seliter, ngebon (berutang). Kemungkinan hasil servis televisi itu yang akan digunakan untuk membayar nanti. Tetapi jalan yang ditempuh berbeda," urai Pawata.

Kakak ipar KS berinisial NLR mengatakan sempat mengunjungi rumah almarhum sehari sebelum kejadian, tepatnya pada Sabtu (25/5/2024) siang. Namun, PY kala itu mengatakan kakaknya tidak ada di rumah.

Kemudian malam harinya, KS sempat berjanji akan menginap di rumah NLR bersama sepupu yang lain. Namun almarhum tidak kunjung datang.

Salah satu sepupunya sempat menghubungi KS lewat WhatsApp. Pesan itu dibalas KS dan menjawab akan segera datang. Namun sampai hari kejadian almarhum tidak pernah kelihatan lagi.

NLR mengungkapkan keanehan perilaku KS sebelum kepergiaannya. Menurutnya, KS dikenal sebagai sosok yang irit bicara. KS tidak pernah curhat dengan keluarga terkait masalah yang dihadapinya.

Selain itu, KS juga jarang keluar rumah untuk bermain. Dia hanya keluar rumah saat berbelanja di warung atau kalau ada permintaan servis alat elektronik.

Namun, KS lebih sering berkunjung ke rumah keluarga dan berkumpul bersama saudara-saudaranya beberapa hari sebelum kejadian. Bahkan, ia sempat berkunjung ke rumah asal ibunya. Padahal sebelumnya, KS sama sekali tidak pernah berkunjung ke rumah ibunya.

KS juga lebih sering curhat dengan saudara-saudaranya. Dia mengeluh lelah karena sakit yang dideritanya. Ia juga merasa gelisah seperti ada hal yang mengganggu pikirannya.

Selain itu, dalam kesehariannya, almarhum terlihat selalu murung. Wajahnya selalu terlihat lelah dan lemas

"Dapet curhat capek sakit terus. Inguh (pusing) katanya dia nggak bisa kerja, lemas terus, nggak enak badan," kata NLR.

NLR mengatakan KS tinggal di rumah hanya dengan adiknya PY yang juga sakit-sakitan karena menderita gizi buruk. Sementara kakak pertamanya, LS, tinggal dengan pamannya di daerah Sibang, Badung.

NLR mengungkapkan keduanya adalah anak yatim piatu. Orang tuanya meninggal lima tahun lalu.

Untuk memenuhi kebutuhannya, almarhum bekerja serabutan servis alat elektronik. Dia sempat bekerja di bengkel beberapa bulan. Namun, karena sakit-sakitan, dia berhenti bekerja di bengkel.

"Mungkin karena itu juga. Ngeliat adiknya nggak punya orang tua membuatnya putus asa mungkin," ungkap NLR.




(dpw/nor)

Hide Ads