Bali memiliki warisan leluhur berupa permainan tradisional yang unik dan penuh makna. Bukan hanya sekedar hiburan, namun juga menjadi wadah untuk melatih keterampilan, kekompakan, dan nilai-nilai luhur lainnya.
Eksistensi permainan tradisional kini kian memudar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui apa saja macam-macam permainan tradisional Bali.
Merujuk dari buku 'Permainan Rakyat Daerah Bali' dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, inilah macam-macam permainan tradisional Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Siap-siapan
Permainan ini dilakukan oleh anak-anak untuk mengisi waktu luang. Dahulu, permainan ini menjadi sarana penghibur diri seusai membantu orang tua dalam kesibukan keluarga. Uniknya, permainan ini biasanya menggunakan anyaman daun kelapa sebagai tempat bersembunyi.
Permainan ini dilakukan dengan menebak siapa lawan yang ada di balik anyaman daun kelapa tersebut. Oleh karena itu, setiap orang harus pandai mengingat lawan mainnya. Apabila gagal menebak, maka akan kalah. Sebaliknya, apabila berhasil menebak, maka pemain yang bersembunyi di balik daun akan gugur dan disingkirkan dari permainan.
2. Magala-galaan
Konsep bermain magala-galaan sama seperti gobak sodor. Umumnya, permainan ini dilakukan saat bulan purnama.
Permainan ini dilakukan oleh dua tim. Satu tim berjaga dan satunya lagi menjadi penyerang. Anggota tim jaga harus bergerak dalam arah horizontal dan vertikal untuk menghalangi pemain penyerang mencapai garis finish dan kemudian kembali ke garis start tanpa tersentuh oleh penjaga. Jika semua pemain penyerang berhasil mencapai garis finish dan kembali ke garis start tanpa tersentuh oleh penjaga, mereka dianggap sebagai pemenang.
3. Ma Geri-Gerian
Permainan ini dilakukan di sungai. Akan lebih menyenangkan apabila memainkan secara beramai-ramai. Konsep permainan ini kurang lebih seperti permainan kejar-kejaran, namun lokasi bermainnya di sungai.
Pertama, akan dipilih seorang "ngalih" yaitu yang bertugas mencari dan menangkap teman-temannya. Sementara "mengkeh" yaitu yang bersembunyi di air. Setelah ditunjuknya ngalih, maka mengkeh harus menyebar dan bersembunyi agar tidak tertangkap oleh ngalih.
4. Matajog
Apabila Anda tahu permainan egrang, maka pasti Anda akan familiar dengan permainan Matajog. Pasalnya, kedua permainan ini memiliki kesamaan. Permainan ini menggunakan dua batang bambu yang akan digunakan pemain untuk menjadi alas kaki.
Ketangkasan menjadi kunci utama permainan ini. Apabila sudah mahir, biasanya anak-anak akan melakukan Matajog untuk lomba lari. Siapa yang duluan melewati garis akhir, maka ia pemenangnya.
5. Ma genuk-genukan
Permainan ini membutuhkan konsentrasi serta ketangkasan tiap pemainnya. Permainan diawali dengan menentukan siapa yang akan menjadi "genuk" atau si penerima pesan.
Untuk memulai permainan, salah satu pemain dari setiap pemain dari tim akan melakukan suit. Bagi tim yang menang, maka akan memulai permainan terlebih dahulu.
Permainan akan dimulai dengan menyebutkan nama anggota lawan. Apabila ada yang secara tidak sengaja menyebut nama genuk, berarti dia gugur dan harus pindah ke dekat genuk.
6. Ma-Celeng-Celengan
Mulanya, para pemain (sekitar 8 orang) akan memilih satu orang untuk menjadi "celeng". Tugas celeng, yakni menendang kaki lawannya. Apabila terkena tendangannya, maka wajib menjadi celeng berikutnya.
Pertama, celeng akan mengambil sikap jongkok dengan kedua tangan menyentuh tanah, sebagaimana seekor babi. Saat celeng mulai menendangkan kaki ke arah mangsanya, lawan boleh menghindar dengan cara melompat atau menghindar. Lawannya biasanya akan mencoba untuk memancing celeng agar dapat menendang mereka.
7. Meong-meong
Permainan tradisional meong-meong melibatkan banyak peserta. Konsepnya mirip dengan bermain kucing-kucingan, di mana para pemain membentuk lingkaran besar sebagai area permainan. Dalam permainan ini, dua orang bertindak sebagai bikul dan meong (atau tikus dan kucing).
Meong berada di luar lingkaran sementara bikul berada di dalamnya. Tugas meong adalah menangkap bikul yang berada di dalam lingkaran, sementara tugas pemain yang berada di dalam lingkaran adalah mencegah meong masuk dan menangkap bikul. Oleh karena itu, meong harus mencari cara untuk mengelabui pemain yang berada di dalam lingkaran agar bisa menangkap bikul. Biasanya, permainan ini dimainkan oleh anak-anak sambil menyanyikan lagu-lagu.
8. Macurik Manggis
Pertama, pemain akan mengundi siapa yang akan menjadi penebak. Setelah terpilihnya penebak, maka permainan akan dimulai dengan iringan lagu yang berjudul Curik Manggis.
Penebak akan ditutup matanya dengan sebuah kain. Kemudian lawan lainnya membuat bentuk lingkaran dengan cara saling bergandengan tangan. Saat lagu dinyanyikan, maka semua lawan akan bergerak melingkar.
Apabila lagu berhenti, lawan harus berhenti bergerak. Kemudian, si penebak harus bisa menebak siapa lawan yang berada di belakangnya. Apabila tebakannya benar, maka yang ditunjuk harus menggantikan sebagai penebak.
9. Masuntik
Parafrasa: Masuntik adalah salah satu permainan tradisional yang populer di Bali. Untuk memainkannya, dua potongan kayu digunakan, satu panjang dan satu pendek. Pemain membuat lubang kecil di tanah dan meletakkan tongkat pendek di atas lubang dengan posisi melintang.
Tongkat panjang digunakan untuk menyuntik atau menendang tongkat pendek sehingga melambung tinggi. Pemain yang berhasil menangkap tongkat tersebut menjadi pemenang atau mendapatkan poin dalam permainan ini.
10. Malayangan
Ada dua cara bermain permainan ini, yakni dengan bertanding atau hanya melihat keindahan layangan dengan mengikatkan senarnya ke sebuah pohon. Layangan yang bertanding, biasanya akan diadu ketajaman senarnya. Ketika layangan sudah berada di udara dan sudah bersentuhan dengan senar lawan, pemain harus mencari cara agar senar layangan lawan bisa terputus.
Sedangkan layangan Patokan yaitu ketika layangan sudah terbang tinggi, kemudian senarnya diikatkan pada batang pohon atau tempat khusus. Setelahnya, pemilik dapat melihat keindahan layangan tersebut dari daratan.
Itulah 10 daftar permainan tradisional Bali beserta penjelasannya. Penting bagi kita untuk dapat melestarikan permainan tradisional ini. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Zheerlin Larantika Djati Kusuma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/nor)