Kasus DBD Tinggi, Pemprov Bali Tunggu Kajian Lengkap Proyek Nyamuk Wolbachia

Kasus DBD Tinggi, Pemprov Bali Tunggu Kajian Lengkap Proyek Nyamuk Wolbachia

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Senin, 22 Apr 2024 16:00 WIB
Sekda Pemprov Bali Dewa Made Indra.
Sekda Pemprov Bali Dewa Made Indra. (Foto: Karsiani Putri/detikBali)
Denpasar -

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menunggu kajian lengkap proyek penyebaran nyamuk wolbachia di tengah tingginya kasus demam berdarah dengue (DBD). Ia menilai munculnya penolakan proyek tersebut karena kurangnya sosialisasi.

Sekda Pemerintah Provinsi Bali Dewa Made Indra mengungkapkan metode menekan kasus DBD dengan penyebaran nyamuk wolbachia turut dibahas dalam Arbovirus Summit yang digelar di Denpasar, Bali, pada 22-24 April 2024. "Kemarin ada penolakan (wolbachia di Bali) karena sosialisasinya kurang baik dan belum menyeluruh," kata Indra di UID Bali Campus, Denpasar, Senin (22/4/2024).

Menurut data Dinas Kesehatan Bali, tercatat sebanyak 2.131 kasus DBD dengan satu korban meninggal dunia pada Januari hingga 18 Maret 2024. Indra mengatakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan menyampaikan hasil kajian lengkap terkait penyebaran nyamuk wolbachia untuk menekan kasus DBD yang terjadi setiap tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekali lagi, supaya tidak ada polemik, ini masih dalam kajian. Belum sebagai sebuah kebijakan yang siap diimplementasikan. Mudah-mudahan hasil kajian ini melengkapi semuanya," imbuhnya.

Indra menyebutkan Arbovirus Summit juga menjadi ajang untuk mempelajari keberhasilan sejumlah negara dalam menangani kasus DBD. Termasuk salah satunya Brasil yang kini serius menerapkan metode penyebaran nyamuk wolbachia.

ADVERTISEMENT

"Belajar dari pengalaman atau knowledge sharing antara Indonesia, Brasil, Filipina, dan beberapa negara lain yang telah memiliki pengalaman fighting terhadap dengue ini," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin merespons pro kontra penyebaran telur nyamuk wolbachia di tengah meningkatnya kasus DBD di Tanah Air. Ia kecewa lantaran banyak warga menolak program yang diklaim mampu menekan wabah DBD itu.

Budi menyebutkan kasus DBD di Indonesia saat ini sudah mencapai 100 ribu kasus dengan pasien meninggal di bawah seribu orang. Menurutnya, program penyebaran telur nyamuk wolbachia itu sukses diterapkan di sejumlah negara.

Budi lantas mencontohkan Brasil yang pernah mencatatkan 3 juta kasus DBD dengan kasus meninggal sekitar ratusan ribu orang. Saat ini, Budi berujar, Brasil serius menerapkan program nyamuk wolbachia untuk menekan wabah DBD.

"Jadi, sedih kita sebagai orang Indonesia melihat (informasi wolbachia) negatifnya terus, jeleknya terus, hoaksnya, dan gosipnya terus. Padahal, negara lain sudah pakai (wolbachia)," tutur Budi di Denpasar, Senin.

Ia juga menyinggung kasus DBD di Yogyakarta yang relatif lebih rendah dibandingkan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Seperti diketahui, metode penyebaran nyamuk wolbachia di Indonesia pertama kali diterapkan di Yogyakarta. "Itu bukti ilmiahnya, bukan hoaks atau bukan opini. Itu bukti," tandas Budi.




(iws/iws)

Hide Ads