Tradisi mudik tahunan tak hanya membawa kebahagiaan bagi para perantau yang kembali ke kampung halaman, tapi juga mendatangkan rezeki bagi sebagian orang, termasuk para pedagang kaki lima musiman di Gilimanuk, Jembrana, Bali. Tak hanya menjajakan dagangan, warga lokal di sana juga memanfaatkan momen ini dengan menyewakan kamar mandi (toilet) mereka kepada para pemudik yang melintas.
Pantauan detikBali di lokasi, banyaknya pedagang kaki lima dadakan maupun pedagang asongan yang muncul saat musim arus mudik di wilayah Gilimanuk. Setiap jalan atau gang yang digunakan untuk rekayasa lalu lintas dan dilalui pemudik dipenuhi oleh mereka.
Salah satu pedagang kaki lima musiman, Luh Eka Mariani (46), di Gang II lingkungan Arum, Kelurahan Gilimanuk. Eka mengatakan semenjak diberlakukan pos pengamanan dan pelayanan di terminal kargo Gilimanuk, dia mulai berjualan di depan rumah dan menyewakan toilet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya dulu banyak pemudik yang bingung mencari toilet, karena macet lama jadi disewakan saja. Kalau dagangan yang ringan-ringan saja seperti kopi, es, serta mi instan saja, karena hanya itu yang pas dijual saat arus mudik, lantaran pergerakan kemacetan tidak dapat diprediksi," ungkap Eka, sapaannya, kepada detikBali, Sabtu (6/4/2024).
Ibu tiga anak itu juga menjelaskan mudik tahun ini lebih ramai dibandingkan tahun lalu. Bahkan, setiap harinya semakin ramai, hingga mengantre berjam-jam di gang-gang yang dilalui pemudik.
"Sekarang ini banyak yang menyewakan toilet, tarifnya juga murah Rp 2 ribu saja, ya untuk biaya air aja sekalian bantu pemudik yang kebingungan cari toilet. Lumayan pendapatan untuk dagangan dan penyewaan toilet sampai Rp 500 ribu per hari," kata Ibu Eka.
Selain pedagang makanan dan minuman, arus mudik tahun ini juga berbeda dengan tahun sebelumnya. Para pedagang baju dan oleh-oleh khas Bali juga nampak memenuhi gang-gang yang dijadikan peralihan antrean menuju Pelabuhan Gilimanuk. Bahkan, tidak sedikit pemudik yang membeli kain dan baju tersebut.
"Lumayan penjualan baju serta kain pantai, terutama saat siang hari itu banyak yang menggunakan kain ini untuk menutupi kaca mobil akibat terik matahari ini," sambung Anom, salah seorang pedagang oleh-oleh khas Bali ditemui terpisah.
Pria 53 tahun ini menyebut selama arus mudik di Gilimanuk, hampir setiap rumah kini sudah mulai berjualan. Bahkan, ada yang membuat kursi panjang tempat beristirahat bagi para pemudik.
"Banyak yang membuat tempat istirahat untuk memancing pemudik singgah dan berbelanja. Namun masalahnya adalah sampah yang sangat membludak kali ini," ujar Anom.
Anom mengungkap ia bisa mendapatkan uang sekitar Rp 200 ribu sehari dan dari sewa toilet bisa mendapatkan Rp 100 sampai Rp 150 per harinya.
"Banyak pemudik membawa bekal, paling cuman membeli es atau kopi. Kalau oleh-oleh itu yang paling laris adalah baju barong serta kain pantai," ujar Anom.
(nor/gsp)