Kepergian budayawan sekaligus sastrawan Cokorda Sawitri atau Cok Sawitri meninggalkan duka yang mendalam bagi sejumlah tokoh publik di Bali. Salah satunya pengusaha yang juga politikus Ni Luh Djelantik. Ia mengaku kaget mendengar kabar berpulangnya penulis buku 'Janda dari Jirah' itu.
Ni Luh menuturkan dirinya sempat berkomunikasi dengan Cok Sawitri melalui telepon dua hari sebelum mengembuskan napas terakhir. Cok Sawitri juga mengucapkan selamat untuk Ni Luh yang terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Bali dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Beliau masih meninggalkan pesan, ingat jaga kesehatan selalu, dan lebih berhati-hati," kenang Ni Luh saat dihubungi detikBali, Jumat (5/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bekas politikus NasDem itu terakhir kali bertemu Cok Sawitri ketika melayat terkait kematian ibunda Cok Sawitri pada 4 Maret lalu. Ni Luh juga mengunggah foto-foto saat bertemu Cok Sawitri melalui Instagram. Ia tampak bersua dengan Cok Sawitri bersama anggota DPR RI Rieke Diah Pitaloka.
Bagi Ni Luh, Cok Sawitri adalah salah satu panutan sekaligus kawan berdiskusinya. "Mentor Mbok, kakak Mbok, panutan, pejuang, pahlawan. Beliau bukan sekadar seorang tokoh budayawan, sastrawan, aktivis, tapi lebih dari itu," imbuhnya.
Cok Sawitri, Ni Luh berujar, juga menjadi salah satu faktor kemenangannya dalam Pemilu 2024. Ia mengaku mengingat pesan Cok Sawitri agar perempuan Bali berani bersuara. Selain itu, Cok Sawitri juga berpesan agar Ni Luh selalu ingat untuk memuliakan orang tua dan orang-orang yang terpinggirkan.
"Itu hanya satu dari sekian planning saat kami diskusikan itu jauh sebelum hari pemilihan," ujar perempuan yang aktif di media sosial (medsos) itu.
"Beliau simbol perlawanan, dengan perjuangan beliau puluh tahun memperjuangkan kesetaraan, hak perempuan dan anak-anak," sambungnya.
![]() |
Cok Sawitri meninggal dunia pada usia 56 tahun di Denpasar, Bali, pada Kamis (4/4/2024) pagi. Dua hari sebelum berpulang, perempuan kelahiran 1968 itu mengunggah foto melalui akun Instagram @cok_sawitri. Dalam unggahan tersebut, Cok Sawitri hanya menulis: "Bu, anakmu kembali lagi. Tapi tak sama seperti dahulu lagi."
Cok Sawitri dikenal aktif bermain teater. Karya tulisnya dicetak ke dalam sejumlah buku dan berserakan di berbagai media lokal maupun nasional. Perempuan asal Puri Sidemen, Karangasem, itu produktif menulis cerita pendek (cerpen), novel, prosa, hingga esai.
Sepupu Cok Sawitri, Tjokorda Sutedja Pemayun, mengungkapkan Cok Sawitri memang sempat mengeluh sakit liver. Selain itu, perempuan kelahiran 1968 itu juga menderita bronkitis lantaran cukup kuat merokok semasa hidup.
Hanya saja, Pemayun melanjutkan, Cok Sawitri bisa menyembunyikan sakit yang dideritanya dengan sikapnya yang selalu ceria di hadapan keluarga. "Kami sangat kehilangan sosoknya. Setiap dia pulang ke puri, suasana menjadi berbeda dengan candaannya dan kata-katanya yang dapat mencairkan suasana," kata Pemayun, Kamis (4/3/2024).
Jenazah Cok Sawitri telah berada di Puri Sidemen, Karangasem, pada Kamis sore. Upacara penghormatan terakhir untuk Cok Sawitri dilakukan melalui prosesi karya mapendem ring gni pada Jumat, 5 April 2024.
(iws/iws)