Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bali terus bertambah. Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali mencatat sebanyak 2.131 kasus DBD dengan satu korban meninggal dunia pada Januari hingga 18 Maret 2024.
Kepala Seksi (Kasi) Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Bali, I Nyoman Sudiyasa, menerangkan pada Januari terdapat 709 kasus DBD, Februari (885), serta Maret (537). "Untuk Maret tercatat sampai tanggal 18," tuturnya melalui keterangan tertulis, Rabu (20/3/2024).
Sudiyasa menjelaskan Gianyar menjadi salah satu daerah dengan kasus DBD tertinggi di Pulau Dewata. Di daerah tersebut pada Januari terdapat 294 kasus, Februari (266), dan Maret (116).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Dinas Kesehatan Bali, I Nyoman Gede Anom, berpendapat jumlah kasus DBD pada awal tahun ini lebih sedikit dibandingkan pada 2023. Pada tahun lalu, jumlah kasus DBD bisa lebih dari 900 kasus per bulan.
"Tetapi bila dilihat dari kasus tiga bulan sebelumnya (Oktober-Desember 2023) kasus pada bulan Januari dan Februari 2024 meningkat cukup tajam," kata Anom.
Anom menjelaskan DBD biasanya meningkat mengikuti musim hujan. Peningkatan kasus biasanya terjadi sejak Desember dan puncaknya pada April-Mei.
Dinkes kabupaten/kota, Anom melanjutkan, harus memperkuat sistem surveilans untuk mendeteksi peningkatan kasus dan mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. "Melakukan pemetaan wilayah atau desa-desa dengan angka kesakitan DBD yang tinggi dan segera melakukan intervensi upaya-upaya penanggulangan," paparnya.
Anom mengajak seluruh elemen terkait terus melakukan upaya pengendalian DBD dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M-Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) secara berkesinambungan.
"G1R1J tidak hanya dilaksanakan pada rumah tangga tetapi juga menyasar tempat-tempat umum, perkantoran, tempat ibadah, sekolah, maupun universitas," beber Anom.
Sebelumnya, DBD merenggut nyawa I Putu GPK. Bocah berusia tujuh tahun itu meninggal pada Sabtu (16/3/2024) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sanjiwani.
(gsp/gsp)