Gedung Peringatan Dini Tsunami Dibangun di Bali, Konstruksinya Tahan Gempa

Gedung Peringatan Dini Tsunami Dibangun di Bali, Konstruksinya Tahan Gempa

I Wayan Sui Suadnyana, Aryo Mahendro - detikBali
Selasa, 19 Mar 2024 12:23 WIB
Simbolis groundbreaking pembangunan gedung dan pengembangan sistem operasional InaTEWS di Bali. (Dok BBMKG Denpasar)
Foto: Simbolis groundbreaking pembangunan gedung dan pengembangan sistem operasional InaTEWS di Bali. (Dok BBMKG Denpasar)
Badung -

Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami (InaTEWS) sedang dibangun di Bali. Gedung InaTEWS dibangun di area kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar dengan konstruksi tahan gempa atau menggunakan base isolator.

"Sudah dibangun sejak Januari 2024 sebagai peringatan dini pemantauan gempa di seluruh Indonesia. Gedungnya ini tahan gempa. (Konstruksi bangunannya) pakai base isolator," kata Kepala Sub Bidang Pengumpulan dan Penyebaran BBMKG Wilayah III Denpasar Dwi Hartanto kepada detikBali, Selasa (19/2/2024).

Dwi mengatakan fasilitas peringatan dini itu dibangun di Bali karena beberapa alasan. Salah satunya alasannya, infrastruktur di Bali dinilai lebih memadai ketimbang provinsi lain di Indonesia timur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, pembangunan memang harus dilakukan di luar Pulau Jawa untuk menghindari dampak gempa bumi yang biasanya diikuti oleh pemadaman listrik. Dwi mengatakan Bali jarang mengalami pemadaman listrik.

"Bali itu fasilitasnya (infrastruktur) lengkap dan juga jarang off (listrik padam). Kemudian, jaringan komunikasi dan lainnya (lebih baik)," kata Dwi.

ADVERTISEMENT

Dwi menjelaskan InaTEWS itu memberi peringatan bahaya tsunami berdasarkan kalkulasi kekuatan gempa. Bukan peringatan sebelum terjadi gempa bumi.

Tsunami selalu terjadi setelah gempa bumi. Tinggi rendahnya gelombang tsunami tergantung dari kekuatan gempa.

"Jadi, yang kami peringatkan itu tsunaminya, bukan gempanya. Jadi kalau ada gempa besar, kami analisa. Kalau kekuatannya 7 (Magnitudo) dan kedalamannya dangkal, biasanya berpotensi tsunami," jelasnya.

Dwi menjelaskan Bali bagian selatan meliputi Badung, Denpasar, dan timur di Kabupaten Karangasem merupakan wilayah rawan gempa. Kekuatan gempa dapat mencapai 8,5 Magnitudo dan biasanya disusul gelombang tsunami setinggi enam meter.

Berbeda dengan wilayah Bali utara dengan gempa berkekuatan terbesar tercatat hanya 7 Magnitudo yang diikuti gelombang tsunami yang tidak terlalu tinggi.

"Tapi jarak antara titik gempanya (ke daratan) itu dekat. Cuma selang tiga sampai lima menit. Makanya, di Karangasem, Buleleng, dan Singaraja kalau ada gempa, masyarakat diimbau untuk segera mengungsi ke dataran tinggi setelah gempa," jelasnya.

Sedangkan titik gempa di Bali selatan jaraknya cukup jauh. Jarak antara titik gempa ke daratan Bali selatan berajarak 200 kilometer sehingga masih ada waktu bagi warga di Denpasar atau Badung untuk bersiap jika ada gelombang tsunami tinggi.




(hsa/gsp)

Hide Ads