Caleg 'Dinasti Politik' di Bali Raup Suara Besar, Kompetensi Dipertanyakan

Caleg 'Dinasti Politik' di Bali Raup Suara Besar, Kompetensi Dipertanyakan

Rizki Setyo Samudero - detikBali
Minggu, 18 Feb 2024 13:35 WIB
Pengamat Politik I Nyoman Subanda
Foto: Pengamat politik dari Undiknas, I Nyoman Subanda. (Istimewa)
Denpasar -

Tingginya suara caleg anak-anak sejumlah bupati dan mantan bupati di Bali dalam ajang Pileg 2024 dinilai bisa membangun dinasti politik baru. Padahal, kompetensi caleg-caleg muda itu belum teruji. Mereka juga dianggap sebagai ancaman oleh para caleg petahana.

Pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar I Nyoman Subanda menilai para penguasa ada indikasi membangun dinasti politik dengan memberi jalan putra-putri mereka menuju gedung dewan.

"Sebenarnya saya tidak anti dengan anak muda, tapi saya inginkan agar pejabat publik kita, eksekutif-legislatif mempunyai kompetensi. Nah kompetensi itu bisa mereka dapatkan biasanya karena pendidikan-pendidikan pengalaman, atau memang yang bersangkutan punya potensi kapabilitas yang kuat," ujar Subanda kepada detikBali, Minggu (18/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Undiknas Denpasar itu juga menilai majunya caleg-caleg 'istimewa' menimbulkan konflik di internal partai. Para caleg petahana yang merasa dirinya punya karier politik mulus secara tiba-tiba dihambat oleh dinasti politik.

"Misalnya ada orang yang berkarier kontribusi banyak kepada partai, tapi ternyata mereka dipotong oleh dinasti politik dan yang memotong adalah orang yang tidak mempunyai kapabilitas," jelas Subanda.

ADVERTISEMENT

Kemudian, dampak lainnya adalah menurunnya kualitas anggota dewan. Sebab, ia berpendapat bisa saja anak-anak dari bupati itu tidak mempunyai keinginan dari awal.

"Kalau yang kita masalahkan adalah yang bersangkutan memang tidak punya pengalaman di situ, kadang keinginan juga tidak. Itu yang menyebabkan DPR yang dipilih tidak punya kapabilitas yang baik," ucap Subanda.

Namun demikian, Subanda mengatakan dinasti politik di beberapa partai memang sudah kerap terjadi. Apalagi, yang mempunyai logistik yang besar mempunyai peluang yang tinggi.

"Itu pengaruhnya siginifikan bapaknya pejabat membawa logistik, atau politisi yang didukung oleh penguasa dengan berbagai atributnya salah satunya bansos. Maka tentu dia akan mendapatkan peluang yang besar," ujar pria lulusan Universitas Airlangga itu.

Ia juga menilai Pemilu 2024 ini adalah politik transaksional. Baik pilpres dan pileg di seluruh tingkatan. Menurutnya, para penguasa memanfaatkan popularitasanya atau aji mumpung.

"Jelas sekali gitu, seberapa besar investasi sosial kita tapi kalau tidak ada logistik tidak jalan," tandas Subanda.

Diberitakan sebelumnya, Pileg 2024 di Bali menjadi ajang para putra-putri penguasa dan mantan penguasa menunjukkan tajinya.
Di antaranya, ada I Made Bima Nata, putra Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta yang maju mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Badung dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Kemudian, ada dua anak Bupati Karangasem I Gede Dana. Mereka adalah kakak beradik I Putu Suryandanu Williyan Richart dan Ni Kadek Yulita Sinta Dewi.

Putu Willi maju ke DPRD Bali dan adiknya, Kadek Yulita, mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Karangasem. Keduanya maju dari PDIP.

Berikutnya, ada putri mantan Bupati Gianyar Made Mahayastra, Ni Putu Diah Pradnya Maharani, yang maju sebagai caleg PDIP untuk DPRD Provinsi Bali.

Selanjutnya, putra Bupati Jembrana I Nengah Tamba, I Gede Ghumi Ashvatam, yang mencalonkan anggota DPRD Provinsi Bali dapil Jembrana dari Partai Demokrat.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads