Sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, dibuat unik untuk menarik minat warga mencoblos di Pemilu 2024, Rabu (14/2/2024). Misalnya tiga TPS di Banjar Blumbang yang menampilkan lakon kesenian arja dalam alur calonarang.
Semua petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS itu memakai kostum penari arja. Mereka seolah sedang memerankan lakon masing-masing dalam cerita calonarang.
Menariknya, petugas di tiga TPS, yakni TPS 19, 20, dan 21 yang berada dalam satu lokasi, memakai kostum yang sama untuk mendukung jumlah lakon yang diperlukan. Sebab dalam calonarang butuh banyak orang untuk mewakili tokoh pemeran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya, total ada 21 petugas mengenakan pakaian dalam tema yang sama. Mereka di antaranya memerankan lakon penari arja cupak, sosok mantri, kartala, hingga karakter lenda-lendi atau sosok murid perempuan penekun ilmu leak, dan lain-lain.
Meski berkostum, para petugas tidak beratraksi atau menari, melainkan tetap bertugas melayani pemilih. Walhasil, mereka sukses menarik perhatian sejumlah pasang mata untuk hadir di tempat tersebut.
Ketua KPPS TPS 21 Banjar Blumbang, Nyoman Tengger (54), menuturkan ide mengangkat tema calonarang dan kostum tari arja. Ia menyebut ada kandungan filosofi dari tema yang diusung mengenai cita-cita warga negara untuk memiliki pemimpin terbaik.
"Alur calonarang itu kan menggambarkan simbol kebaikan dengan keburukan. Di Pemilu 2024 ini adalah proses kami mencari sosok terbaik, bukan terburuk. Sehingga siapa pun pemimpin terpilih lahir dari proses yang baik. Warga masyarakat tetap bersatu," tutur Tengger, Rabu pagi.
![]() |
Para petugas TPS di dusun ini memang terkenal paling niat. Sebab mereka konsisten mengusung tema budaya atau hal unik lainnya tiap hajatan demokrasi lima tahunan. Terakhir pada Pemilu 2019, mereka berbusana adat Papua.
Kali ini, persiapan mereka cukup matang sejak pukul 04.00 Wita. Maklum, banyak komponen kostum arja yang wajib dipastikan. Petugas butuh waktu atau proses lama untuk berhias.
"Target jam 6 pagi harus selesai berpakaian. Jam 7 harus sudah siap di TPS. Jadi dari proses pungut suara sampai selesai penghitungan, tidak ada ganti kostum. Triknya, jangan pakai terlalu ketat, kencang. Ada yang longgar sedikit kostumnya dan jaga kondisi fisik," ungkapnya optimistis.
Mengenai lakon arja cupak, menurut Tengger, adalah salah satu kesenian yang berkembang sejak masa lampau di desa setempat. Pemilu ini juga menjadi ajang untuk menunjukkan keragaman dan pelestarian budaya Bali, khususnya yang berlaku di Desa Penarungan.
Apalagi lakon arja cupak juga mewakili tema yang diusung petugas TPS. "Arja cupak. Cupak artinya rakus. Kekuasaan diidentikkan dengan rakus. Yang jadi (pemimpin) agar tidak seperti cupak. Nanti akan dikalahkan dengan kebaikan. Siapapun yang berkuasa, agar tidak rakus," katanya.
Menurut pria kelahiran 1969 ini, jumlah pemilih di TPS ini hampir 700 orang. Pengaturan sudah dirancang sehingga dibagi di tiga TPS jadi sekitar 260 pemilih per TPS.
"Saya yakin masyarakat juga tidak akan datang bersamaan. Sudah diatur agar tidak ada antrean yang panjang," tegasnya.
Salah satu pemilih, Ni Wayan Putri kagum dengan usaha petugas TPS di banjar yang berani tampil beda dan menarik di Pemilu 2024. Perempuan yang berdomisili di Jakarta ini mengaku baru pertama kali melihat petugas TPS mau memakai pakaian yang lumayan berat sambil bertugas beberapa jam.
"Dengan adanya kesenian ini, menurut saya, bikin tertarik. Makin semangat datang ke TPS. Jadi semakin bisa ingat sama budaya Bali. Bagus sih. Kebetulan ini pertama kali milih di Bali karena lama tinggal di Jakarta," ucap Putri seusai mencoblos.
(nor/gsp)