MTI Soroti Pelayanan Angkutan Umum di Bali: Belum Merata-Lambat

MTI Soroti Pelayanan Angkutan Umum di Bali: Belum Merata-Lambat

Rizki Setyo Samudero - detikBali
Selasa, 14 Nov 2023 18:19 WIB
Ketua MTI Wilayah Bali I Made Rai Ridharta di Denpasar, Selasa (14/11/2023). (Rizki Setyo Samudero)
Foto: Ketua MTI Wilayah Bali I Made Rai Ridharta di Denpasar, Selasa (14/11/2023). (Rizki Setyo Samudero)
Denpasar -

Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyoroti pelayanan angkutan umum di Provinsi Bali yang belum merata. Baik dari segi rute belum merata hingga pelayanan yang lambat.

"Jadi orang-orang yang tidak bepergian dengan angkutan umum (ada) berapa alasan? Satu, wilayah tidak terlayani angkutan umum, kedua ada layanannya tapi lambat kayak siput. Terus sekarang kalau cepat tapi biayanya yang tinggi," ujar Ketua MTI I Made Rai Ridharta saat ditemui seusai Focus Group Discussion (FGD) Perbaikan Angkutan Umum Perkotaan di Provinsi Bali, Denpasar, Selasa (14/11/2023).

Apalagi, kata Rai, jika biaya lebih kecil serta waktu yang cepat dan nyaman, ia bisa memastikan masyarakat akan berpindah ke angkutan umum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Trans Metro kan baru beberapa beberapa wilayah yang terlayani, ada yang belum. Coba tanya orang yang wilayahnya tidak terlayani, pasti bilang tidak ada gunanya," ungkap mantan Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Gianyar itu.

Rai menyebut Bali merupakan daerah rangsang angkutan umumnya belum besar. Rai berpendapat masyarakat bisa tertarik jika angkutan umumnya menarik.

ADVERTISEMENT

"Angkutan umum kita kan sementara baru menarik 30 persen, ini harapkan lebih ditinggi," lanjutnya.

Pemprov Bali diminta untuk segera memperbaiki sistem pelayanan angkutan umum. Menurut Rai, solusi mengatasi kemacetan di Bali adalah layanan angkutan umumnya harus baik.

"Masih cukup perjalanannya panjang, tapi kami ingin upaya-upaya ini terus dan ada peningkatan waktu ke waktu," ujarnya.

Rai juga tak mempersoalkan banyaknya perusahaan kendaraan bermotor yang terus memproduksi dan menjual ke masyarakat. Sebab, MTI hanya fokus pada penggunaan bukan melarang pembelian.

"(Misalnya) kami atur yang boleh lewat sini mobil listrik, lewat sini mobil kecil, nggak boleh truk, yang boleh lewat sini tidak boleh sepeda motor, itu namanya traffic management," tukas Rai.

Sementara, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali I Gde Samsi Gunarta membenarkan kondisi tersebut. Ia beralasan pemerintah pusat sulit mengalokasikan dana untuk bus.

Lalu, Samsi mengungkapkan tidak ada untungnya naik bus selain dari sisi risk management. Pasalnya, jika masyarakat menggunakan angkutan umum rata-rata perjalanan menuju halte kurang lebih 20 menit.

"Kemudian nanti dari halte ke tujuan jadi 40 menit untuk jalan kaki, ini memang persoalan," kata Samsi.

"Ini situasi yang dihadapi trans sekarang, tapi mulai membaik. Tidak bisa kita harapkan benar kemudian masyarakat bisa begitu saja, karena ada problem," ujar Samsi dalam pemaparannya.

Halte Trans Metro Dewata dinilai bersifat maya, yang hanya diketahui sopir bus dan pemegang aplikasi TemanBus.




(nor/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads