Baru 4 Gedung Pemerintah Bali Terpasang PLTS Atap, Padahal Sudah Ada Edaran

Baru 4 Gedung Pemerintah Bali Terpasang PLTS Atap, Padahal Sudah Ada Edaran

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Rabu, 04 Okt 2023 20:50 WIB
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bali Ida Bagus Setiawan saat ditemui pada Rabu (4/10/2023) di Denpasar, Bali. (Ni Made Lastri Karsiani Putri-detikBali)
Foto: Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bali Ida Bagus Setiawan saat ditemui pada Rabu (4/10/2023) di Denpasar, Bali. (Ni Made Lastri Karsiani Putri-detikBali)
Denpasar -

Pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap dinilai belum maksimal dilakukan oleh instansi pemerintah di Bali. Padahal di era Gubernur Bali Wayan Koster telah diterbitkan Surat Edaran Nomor 5 Tahun 2022 mengenai kebijakan Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.

Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bali Ida Bagus Setiawan mengatakan saat ini beberapa instansi yang tercatat telah memasang PLTS atap di antaranya Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali, DPRD Provinsi Bali, Bappeda, hingga Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bali.

"Iya (kami mendorong instansi memanfaatkan PLTS atap) karena sudah ada surat edaran. Tapi, belum maksimal dan masih proses karena investasi," ujar Setiawan, di Denpasar, Bali, Rabu (4/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setiawan menuturkan instansi pemerintah sudah seharusnya memberikan contoh pemakaian PLTS atap. Setiawan menyebut PLTS atap yang ada di kantornya telah terinstal kurang lebih selama 28 bulan yang berasal dari hibah Kementerian ESDM dengan investasi awal sekitar Rp 790 juta.

"Total produksinya adalah 150,3 MW hour atau setara Rp 250 juta. Artinya, kami sudah menghemat sebesar itu," jelasnya.

Selain itu, Kantor ESDM Bali mampu mengurangi karbon dioksida (CO2) kurang lebih 149 ton atau setara dengan penghematan pemakaian batu bara 60 ton atau mengurangi penebangan pohon setara kurang lebih 8.265 pohon. Ia menjelaskan saat ini daya mampu kelistrikan di Bali masih relatif aman dengan 1.300 MW, tetapi beban puncak di Bali sudah mendekati 1.000 MW.

"PLN menyampaikan aman saat ini, tetapi kami tahu 1.300 megawatt (MW) 85 persennya adalah batu bara dan BBM di Bali. 15 persen adalah gas dan EBT. EBT kalau hitung di pembangkitan 1,2 persen," terangnya.

Di sisi lain, kata Setiawan, saat ini secara keseluruhan penggunaan PLTS atap di Bali jumlahnya lebih dari sekian ratus pengguna. "Cuma kalau dilihat dari kapasitas memang masih jauh karena pembangkit kami daya mampunya 1.300 MW. (Tantangannya) sinkronisasi, political will dan investasi," jelasnya.




(nor/hsa)

Hide Ads