RSUP Prof Ngoerah Lakukan Operasi Jantung Bocor Anak Level 3

Denpasar

RSUP Prof Ngoerah Lakukan Operasi Jantung Bocor Anak Level 3

Siti Mu’amalah - detikBali
Jumat, 29 Sep 2023 12:13 WIB
Konferensi pers operasi bedah jantung anak terbuka di RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah, Denpasar, Jumat (29/9/2023). (Muhamad Ramdan Fahlevi/detikBali)
Foto: Konferensi pers operasi bedah jantung anak terbuka di RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah, Denpasar, Jumat (29/9/2023). (Muhamad Ramdan Fahlevi/detikBali)
Denpasar -

RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah melakukan operasi bedah jantung anak terbuka dengan pasien bernama Putu Ananda Chrisna Mahendra asal Negara, Jembrana, Bali, pada Jumat (29/9/2023). Operasi ini akan didampingi oleh Tim Jantung dari RSUP Jantung Harapan Kita Jakarta.

Untuk diketahui, RSUP Prof Ngoerah sudah melakukan operasi bedah jantung terbuka dari tahun 1999. Namun, operasi hari ini memiliki tingkatan level ke-3 sehingga membutuhkan pendampingan dari RSUP Jantung Harapan Kita Jakarta.

Salah satu dokter dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta dr. Budi Rahmat, Sp.BTKV menjelaskan kelainan jantung anak yang akan mereka operasi hari ini pada pembentukan sekat jantung atau dikenal dengan jantung bocor. Kelainan tersebut membuat lubang di tengah-tengah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibat kelainan tersebut, darah bersih dan kotor bercampur sehingga darah yang dipompa ke paru-paru berlebihan. Sementara darah yang ke tubuh berkurang.

"Akibatnya, tumbuh kembang anak itu sangat-sangat terganggu, kurus, dan mudah capek. Kalau ini tidak ditangani akan sampai tahap gagal jantung yang tidak bisa dioperasi lagi," jelas Budi saat konferensi pers di RSUP Prof ngoerah, Denpasar, Bali, Jumat.

Operasi tersebut dilakukan pada Ananda Chrisna yang berusia 8 tahun. Pada usia tersebut, kata Budi, masih bisa dilakukan operasi bedah jantung terbuka untuk diperbaiki.

Berdasarkan data statistik pada 2020, kata Budi, ada 44 ribu anak Indonesia lahir dengan kelainan jantung bawaan. 25 persen di antaranya pasien yang membutuhkan operasi dan non operasi jantung.

Dari jumlah tersebut, rumah sakit di Indonesia hanya mampu mengerjakan 1.000 kasus kelainan jantung per tahun. "Kemana sisanya itu, mau tidak mau kami harus terima itu seleksi alam, miris memang," imbuhnya.

Budi berharap dengan kolaborasi kardiologi anak dan juga ilmu jantung dapat mendeteksi kelainan jantung sejak masa kehamilan. "Jadi ini PR bersama, bukan hanya dokter yang ada di sini saja, tapi masyarakat juga," Tutupnya.




(nor/gsp)

Hide Ads