Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly memprediksi sekitar 8.000 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Bali yang mendaftarkan hak kekayaan intelektual (KI) hingga akhir 2023. Menurutnya, ada 5.555 permohonan pendaftaran kekayaan intelektual di Bali pada 2022. Sedangkan, sejak awal Januari hingga Agustus 2023 saja sudah tercatat sebanyak 3.847 permohonan.
"Kemarin (tahun 2022) itu 5.500-an (permohonan kekayaan intelektual). Sekarang Agustus sudah 3.800-an. Berarti, pada akhir tahun sudah 7.000-an. Bisa-bisa 8.000-an," kata Yasonna di gedung Rektorat Universitas Udayana, Jumat (1/9/2023).
Yasonna menyebut permohanan pendaftaran kekayaan intelektual akan mendorong para pelaku UMKM lebih kreatif dalam memproduksi produknya. Saat ini, kata Yasonna, hanya 11 persen dari 64 juta UMKM di Indonesia yang telah mendaftarkan kekayaan intelektual atau hak paten merk produknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melalui program one village one brand, kami dorong terus. Karena tahun ini, tahun merk," imbuhnya.
Gubernur Bali Wayan Koster optimistis jumlah pelaku UMKM di Pulau Dewata yang mengajukan kekayaan intelektual bisa mencapai 7.000 produk. Sebab, masih ada waktu bagi para pelaku UMKM untuk mendapatkan hak paten merk produknya hingga akhir tahun ini.
"Masih ada (waktu) empat setengah bulan. Semestinya, di angka 6.000 (sampai) 7.000 tercapai," kata Koster.
Koster menilai proses pendaftaran kekayaan intelektual saat ini sudah lebih mudah karena ada Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) di Bali. Ia mengakui pengurusan kekayaan intelektual cukup merepotkan sebelum ada BRIDA.
"Dahulu itu (permohonan kekayaan intelektual) tidak terurus. Tidak ada lembaga (di Bali) yang mengurus. Sekarang sudah ada badan yang tupoksinya memang ngurusin kekayaan intelektual," imbuh Koster.
Sebelumnya, Yasonna menyoroti pentingnya potensi ekosistem kekayaan intelektual yang ada di daerah serta nilai ekonominya melalui hilirisasi wirausaha. Adapun, Bali dipilih sebagai tempat penyelenggaraan 'Satu Jam Bersama Menkumham' karena kegiatan ekonomi di Bali tergolong cepat bangkit pascapandemi COVID-19. Sebagai daerah pariwisata, produk ekonomi kreatif yang dihasilkan oleh pelaku UMKM di Bali juga dinilai berperan dalam pemulihan perekonomian pascapandemi.
(iws/dpw)