"Memang dirasakan (dampaknya). Tapi, mudah-mudahan seminimal mungkin," ujar Sanjaya seusai menghadiri rapat paripurna pengesahan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD 2024 di DPRD Tabanan, Kamis (10/8/2023).
Menurutnya, dalam kunjungan kerja Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati Soekarnoputri di Kebun Raya Bali beberapa waktu lalu, dampak El Nino sempat mendapatkan penekanan.
"Menurut para pengamat bahwa Agustus sampai September 2023, kekeringan akan berkepanjangan. Pastinya akan berdampak terhadap sektor pertanian," jelasnya.
Namun, ia memastikan upaya mitigasi awal sudah dilakukan oleh Dinas Pertanian Tabanan. Salah satunya dengan beralih cocok tanam sebagai upaya antisipasi bila kekeringan berdampak terhadap pasokan air.
"Katakanlah kekurangan air, bisa beralih cocok tanam. Tadinya dari padi menjadi jagung atau kedelai. Iya, palawija," ujarnya mencontohkan.
Menurutnya, beberapa subak atau area persawahan tradisional di Tabanan saat ini sudah siap menanam jagung dan kedelai. Ia mencontohkan di Kecamatan Marga dan Selemadeg Timur yang kini sedang beralih dari padi ke jagung dan kedelai.
"Pasti terjadi seperti itu (kekeringan). Tinggalantisipasinya seperti apa," tegasnya.
Sanjaya mengaku tidak ada arahan khusus dari Megawati soal antisipasi dampak El Nino. Selebihnya, Ketua Dewan Pengarah BRIN tersebut mengingatkan seluruh provinsi dan kabupaten/kota untuk membangun ketahanan dan kedaulatan pangan sesuai potensi masing-masing.
"Arahan khusus tidak ada. Hanya diminta agar lebih kompak lagi. Masing-masing kabupaten/kota diminta mempertahankan wilayahnya sesuai potensi lokal," tukas Sanjaya.
(nor/iws)