Petani resah dengan kematian anak sapi alias godel atau pedet di Subak Penasan, Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Bali. Kematian anak sapi tersebut nyaris sama dengan godel-godel sebelumnya, yaitu luka gigitan pada bagian paha dan dubur.
Perbekel Desa Tihingan I Wayan Sugiarta menduga luka gigitan berasal dari anjing liar yang tinggal di semak-semak subak. "Ada luka gigitan pada pantat, telinga, dan dubur sapi. Tapi, tidak dimakan," ujarnya, Rabu (12/7/2023).
"Kemungkinan ini dari gigitan anjing liar yang tinggal di semak-semak di subak kami dan digigit pada malam hari, sehingga petani tidak tahu," lanjut Sugiarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sugiarta, insiden ini tidak hanya terjadi sekali. Tetapi, terjadi sudah berulang kali sejak 2021. Pun begitu, hingga kini belum ditemukan penyebab pasti kematian godel milik warga yang ditempatkan di subak.
Kepala Dinas Pertanian Klungkung Ida Bagus Juanida menuturkan timnya turun tangan ke subak setempat untuk menyelidik penyebab kematian anak sapi. Dia juga menduga gigitan berasal dari anjing liar.
"Yang (kemungkinan) anjing liar datang pada malam hari ke kandang sapi petani yang terbuka, sehingga anjing mudah masuk dan menggigit hingga mati," terang dia.
Sejak 2021, Dinas Pertanian mencatat total delapan anak sapi mati karena gigitan dan luka serupa. Karenanya, Juanida ingin menghentikan insiden ini berulang. Sebab, kerugian yang dialami warga cukup besar.
"Kalau dihitung dari kerugian materiel, tentu sangat besar. Rata-rata godel yang digigit berusia satu bulan," imbuh dia.
Adapun, langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah kematian anak sapi lainnya, petani yang memiliki sapi bunting atau anak sapi agar memagari kandang dengan ukuran yang disesuaikan, sehingga anjing liar tidak bisa masuk.
"Laporkan jika sudah benar-benar diketahui anjing yang menggigit. Agar bisa dibantu untuk penanganannya," tandasnya.
(BIR/BIR)