Kabid Pelayanan RSUD Kabupaten Karangasem I Komang Wirya mengatakan IGA datang ke rumah sakit tiga hari sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Ketika itu, kondisi IGA sudah sangat parah.
Menurut Wirya, IGA sempat terlihat gelisah dan mengeluarkan air liur. "Karena kondisinya sudah parah, korban akhirnya dinyatakan meninggal kemarin. Dari gejala yang dialami oleh pasien, kemungkinan besar rabies," kata Wirya kepada detikBali, Jumat (7/7/2023).
Berdasarkan penuturan keluarga, Wirya melanjutkan, IGA sempat digigit anjing sekitar dua bulan yang lalu. Berselang lima hari kemudian, anjing yang menyerang IGA mati.
Wirya menduga anjing tersebut terinfeksi rabies. Di sisi lain, keluarga juga tidak mengantarkan IGA ke fasilitas kesehatan terdekat setelah anak tersebut digigit anjing. Akibatnya, IGA terlambat mendapat pertolongan secara medis.
"Pihak keluarga tidak ada yang membawa ke puskesmas untuk mendapatkan vaksin, hanya diobati di rumah oleh neneknya. Kebetulan anak tersebut tinggal dengan neneknya karena orang tuanya bercerai," kata Wirya.
Saat ini, jenazah IGA sudah dijemput oleh ayahnya untuk kemudian dibawa ke Lombok. Wirya berharap warga yang terkena gigitan anjing segera berobat ke puskesmas atau rumah sakit agar mendapatkan vaksin rabies.
Sekadar informasi, wabah rabies sudah merenggut empat nyawa warga Bali sejak Januari hingga pertengahan Juni 2023. Pada periode yang sama, sebanyak 19.005 warga Bali digigit hewan penular rabies (HPR), umumnya anjing. Dari jumlah itu, sebanyak 300 orang dinyatakan positif rabies. Bahkan, puluhan desa di Bali masuk zona merah rabies.
(iws/iws)