Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya menyayangkan soal batalnya perhelatan Association of National Olympic Committees (ANOC) World Beach Games (WBG) 2023 di Bali. Padahal, apabila WBG benar-benar berlangsung di Bali diprediksi dapat mendongkrak okupansi hotel di kawasan Badung hingga 90 persen.
"Kalau event ini terselenggara akan sangat luar biasa impact-nya terhadap tingkat hunian kamar hotel dan juga pada ekonomi kita. Selain mengikuti WBG ini mereka juga bisa melakukan tour ke tempat-tempat destinasi," ucap Rai, Rabu malam (5/7/2023).
Rai menegaskan bahwa Bali tidak pernah membatalkan event tersebut. Namun,domainnya berada pada pemerintah pusat yang diduga tak menurunkan dana untuk penyelenggaraanWBG.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami kan tentunya mengharapkan event ini terjadi di Bali karena WBG membawa banyak partisipasipan dan lumayan juga untuk (okupansi hotel) di bulan Agustus ini yang bisa meningkat dan revenue secara ekonomi," paparnya.
Rai juga memaparkan meskipun belum ada data valid jumlah kamar hotel yang dipesan terkait WBG, namun ia mengaku beberapa hotel di kawasan Canggu, Kuta dan Bali bagian selatan lainnya telah ada yang dipesan. Menurutnya, pemesanan tersebut dilakukan oleh peserta hingga panitia WBG.
"Teman saya yang GM (hotel di Canggu) menelpon saya dan tanya, Bro, kenapa WBG dibatalkan? Ini kan bukan kewenangan kami dan ternyata setelah ditelusuri komentar dari penyelenggara WBG kan karena alasan dana belum turun," sebut pria yang juga menjabat Ketua PHRI Badung ini.
Rai mengaku sebelum adanya informasi pembatalan event tersebut, PHRI dalam proses menunggu kepastian dan komitmen perihal jumlah kamar hotel yang digunakan hingga lvenue. Mengingat pelaksanaan WBG yang tinggal satu bulan lagi terlaksana.
"Sebenarnya untuk Minggu ini jumlah peserta sudah finalisasi tapi, karena batal ya rugi dong. Jadi, untuk data yang valid (jumlah kamar hotel yang telah dipesan) kami tidak tahu. Yang jelas sudah ada beberapa bookingan kamar yang dibatalkan," ungkapnya.
Rai menuturkan dengan batalnya Bali sebagai tuan rumah WBG serta sebelumnya juga batalnya piala dunia U-21 maka akan memberikan kesan yang sedikit negatif kepada pariwisata Bali.
"Kesannya agak negatif. Kok (WBG dan Piala Dunia) batal di Bali dan karena apa? Ini sebenarnya domain pusat jadi, kami tidak bisa memberikan banyak komentar soal itu karena penyelenggaranya pusat," akunya.
Di sisi lain, Rai mengaku merasa beruntung karena Agustus sendiri merupakan bulan high season kunjungan wisatawan mancanegara.
"WBG ini kebetulan akan dilakukan di Agustus dan itu high season.BatalnyaWBG maka kami harus masukkan grup lain. Saya yakin dan optimis juga di Agustus ini kami bisa mencapai (okupansi hotel) 80 persen walaupun tanpaWBG," tambahnya.
Sementara, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Ni Made Ayu Marthini mengaku tak mau berspekulasi terkait dampak batalnya perhelatan Association of National Olympic Committees (ANOC) World Beach Games (WBG) 2023 di Bali.
"Saya tidak mau spekulasi karena itu kan harus ada data. Nanti di Deputi 1 (Kemenparekraf) yang membuat data atau assessment tentang dampak (WBG), manfaat dan sebagainya," kata Ayu, ketika ditemui di Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Jalan Letjen S. Parman, Denpasar, Bali, Rabu (5/7/2023).
Ia mengaku pada Rabu (5/7/2023) siang pihaknya juga telah menanyakan perihal pembatalan WBG kepada Gubernur Bali Wayan Koster. Hanya saja Ayu meminta awak media untuk menunggu informasi selanjutnya.
"Sebetulnya event olahraga adalah salah satu sumber dari pergerakan Nusantara dan juga wisatawan. Kami ada banyak sekali event dan malah di weekend ini ada event Oceanman (2023 Asian Championship Bali)," terangnya.
Menurutnya, selama ini Kemenparekraf sangat mendukung beragam event terutama olahraga. Sebab setelah pandemi COVID-19, permintaan event terbilang luar biasa dan banyak tiket yang ludes terjual.
"Ini tentunya hal yang bagus bagi pariwisata," imbuhnya.
(nor/gsp)