Ini diungkapkan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Harvick Hasnul Qolbi saat kunjungan kerja di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali,Rabu (5/7/2023). Harvick mencontohkan efektivitas ini salah satunya dalam pemanfaatan cold storage untuk penyimpanan vaksin bagi HPR (hewan penular rabies).
"Nanti silahkan kalau stok vaksin berkurang di kabupaten/kota silahkan ambil di sana (provinsi)," ujarnya.
Pengambilan vaksin oleh pemerintah kabupaten/kota di provinsi tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. "Dan regulasinya pastinya diefisiensikan," imbuhnya.
Pun demikian, dengan penambahan VAR atau vaksin antirabies bagi masyarakat yang mengalami kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR). "Pastinya (tambah) tentu menunggu laporan dari provinsi juga karena sejauh ini masih cukup," sebut Harvick.
Saat ini, Kementan justru lebih menaruh perhatian agar mata rantai penyebaran rabies terhenti pada HPR. Tidak sampai berlanjut pada manusia.
"Mudah-mudahan bisa kami putus mata rantainya di hewannya. Karena kalau sampai ke manusia penanganannya lebih spesifik lagi," jelasnya.
Ia tidak memungkiri dari laporan yang diterima sudah ada empat kasus positif rabies pada manusia di Bali. "Ke depannya jangan sampai nambah," tukasnya.
Saat memberikan sambutan, Harvick juga menyebut Kementan telah meminta Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan segera mempercepat distribusi dan sosialisasi vaksin. Tujuannya agar rabies tidak menjadi masalah baru.
(nor/nor)