Kisah Seniman Mural Wanita Berbaju Adat Bali, Karyanya Ada di 8 Kabupaten

Kisah Inspiratif

Kisah Seniman Mural Wanita Berbaju Adat Bali, Karyanya Ada di 8 Kabupaten

Ronatal Siahaan - detikBali
Minggu, 11 Jun 2023 23:00 WIB
Seniman mural dan visual Dwymabim berpose dengan mural yang ia buat di Tamora Gallery di Jalan Pantai Berawa No. 99, Tibubeneng, Kuta, Badung, Bali. (Istimewa).
Foto: Seniman mural dan visual Dwymabim berpose dengan mural yang ia buat di Tamora Gallery di Jalan Pantai Berawa No. 99, Tibubeneng, Kuta, Badung, Bali. (Istimewa).
Denpasar -

Dwyma Adinatha atau lebih dikenal dengan Dwymabim adalah salah satu seniman jalanan di Bali. Dwymabim adalah seorang seniman mural dan visual asal Tabanan.

Pria berusia 27 yang menganut aliran pop art ini memiliki ciri khas dari segi karakter, yakni perempuan yang memakai pakaian adat. Dengan ciri khas karakter seperti ini, ia mengadaptasinya menjadi signature yang ikonik untuk para pecinta seni dan khalayak umum.

"Saya terinspirasi dari pakaian adat Tenganan. Tapi itu (pakaian adatnya) lebih disimpelin lagi. Cuma merah dan sentuhan warna kuning keemasan," kata Dwymabim kepada detikBali saat ditemui di TAT Art Space, Denpasar, Minggu (11/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menuturkan penggambaran atau penggabungan antara sisi gadis Bali yang secara tradisional dikemas menjadi lebih modern secara gairah warna. "Secara vibe lebih ngejreng gitu. Kalau tradisional kan lebih identik monokrom. Saya buat vibe warnanya itu lebih modern dan lebih asyik lah untuk orang nikmati dan untuk kekinian lebih relate," imbuhnya sembari sesekali melukis di media canvas.

Dwymabim menerangkan alasan hanya mengadaptasi karakter perempuan dengan pakaian adat di setiap karyanya karena wanita adalah sebuah simbol kesuburan. Misalnya, di Bali banyak dewi yang diagungkan dan dianggap sebagai sebuah keindahan.

ADVERTISEMENT

"Bicara estetika karena gambar (karakter) saya tidak terlalu berpesan terhadap moral atau isu-isu sosial. Saya memang menampilkan estetika dari gambar saya gitu. Karena saya merasa wanita adalah sosok yang selalu dipuji, bagaimanapun, jadi ya lebih menarik, lebih unik dan berkarakter," ujarnya.

Selain itu, Dwymabim ingin menonjolkan karakter perempuan tersebut melalui karya-karyanya. Sebab, ia merasa membuat portrait perempuan di karyanya membuatnya lebih semangat dan tergerak untuk berkesenian dibandingkan menciptakan karakter laki-laki.

"Karena aku ingin nonjolin karakter (perempuan) itu. Mungkin sebelumnya aku pernah juga gambar karakter cowok tapi aku nggak dapat feel-nya, feel berkeseniannya di situ (membuat karakter perempuan)," ujarnya yang akhirnya menemukan signature perempuan ini pada 2018.

Sementara itu, Dwymabim mengaku telah membuat sekitar 20 lebih mural di Bali. Menurutnya, mural terbanyak yang ia buat ada di Denpasar dan Gianyar.
Selain itu, muralnya yang lain ada di kabupaten lain di Bali seperti Tabanan, Badung, Jembrana, Karangasem, Bangli, dan Klungkung. Hanya Buleleng yang belum pernah dijelajahi untuk meninggalkan jejak karakter khasnya di tembok.

"Sekitar 20-an (mural di Bali). Karakter saya semua. Itu kan Buleleng belum, tapi ingin keliling Bali juga," imbuhnya.

Saat Kecil Sempat Les Menari

Dwymabim memiliki perjalanan seni yang cukup panjang. Ketika dia masih kecil, orang tuanya mendaftarkannya les menari. Secara alami, ia tidak tertarik mengikuti les tari tersebut lantaran ia lebih suka melukis. Kebetulan di tempat kursus menari tersebut ada les melukis.

"Tapi pas saya les menari, malah saya nongkrong sama orang-orang melukis. Ngeliat-ngeliat, besoknya kan tertarik, tapi saya nggak ikut les. Saya ngeliatin (orang melukis) aja," kisahnya.

Suatu hari, Dwymabim SD, gurunya melihat potensi seni yang ada pada dirinya. Gurunya tersebut menawarinya mengikuti lomba.

Singkat cerita, hingga ke SMP, Dwymabim terus mengikuti perlombaan melukis. Kemampuan seninya terus diasah.

"Akhirnya SMP, terus lomba. SMA, aku memutuskan ngambil jurusan lukisan ada sekolahnya di Gianyar, Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR)," tuturnya.

Dwymabim mengakui daftar ke SMSR lumayan kompetitif lantaran sekolah ini adalah satu-satunya sekolah lukis di Bali tingkat SMA. "Ada tesnya. Lumayan kompetitif. Karena mungkin dari seluruh Bali yang sekolah ke sana," ucapnya yang mengambil jurusan desain grafis saat kuliah lantaran ingin belajar digital.

Sebagai seniman, Dwymabim berpesan kepada pelaku seni untuk tetap senang untuk berkreasi. "Pesan saya sih sebenarnya gimana kita happy aja ngejalanin dunia kita ini. Entah itu kamu mau di street art, mau di fine art, mau di tattoo artist, mau di segalanya lah," pungkasnya




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads