Ulah turis asing -umumnya bule- di Bali menjadi sorotan warga Bali. Sejumlah bule dan tokoh turut menyesalkan maraknya tingkah wisatawan mancanegara selama pelesiran di Pulau Dewata.
Salah satunya adalah Meghan Pappenheim. Perempuan berusia 52 tahun ini prihatin dengan maraknya ulah turis asing di Bali.
Menurut Meghan, turis asing yang datang ke Pulau Dewata tidak mendapatkan informasi apapun mengenai budaya Bali. Informasi tentang tata krama yang perlu diperhatikan saat pelesiran juga tidak banyak tersedia.
"Kalau saya pergi ke pura saya harus bersikap, bagaimana saya tahu? Sebab saya belajar itu. Namun, saat ini mereka hanya datang kemari tanpa informasi," tutur inisiator BaliSpirit Festival itu, Sabtu (6/5/2023).
Menurut Meghan, industri pariwisata Bali mendatangkan keuntungan finansial yang besar. Pemerintah pusat seharusnya menggunakan pendapatan dari sektor pariwisata itu untuk mengedukasi penduduk lokal maupun wisatawan yang datang ke Pulau Dewata.
Hal lain diungkapkan oleh budayawan Jean Couteau. Pria berdarah Prancis ini berpendapat maraknya ulah bule yang viral di media sosial merupakan dampak kejenuhan terhadap pariwisata.
Menurut Jean, tingkah polah pelancong dan reaksi warga Bali tak hanya terjadi baru-baru ini. Hanya saja, respons penduduk setempat terhadap orang asing itu semakin riuh karena dibawa ke media sosial.
"Sesungguhnya tahun 70-an atau sekitar 80-an lebih parah (tingkah) orang bule yang ada di Bali. Tetapi pada waktu itu pariwisata tengah booming dan belum menjalani fenomena kejenuhan terhadap pariwisata," imbuh pria berusia 78 tahun itu.
Jean berpendapat warganet di Indonesia kini melabeli seluruh bule sebagai 'pengacau'. Padahal, yang berulah itu hanya segelintir bule, umumnya WNA asal Rusia dan Ukraina yang kini sedang berkonflik.
"Mereka (warganet) main keroyok lewat media sosial, memainkan isu identitas, tak bisa membedakan warga Rusia dengan Australia. Pokoknya bule," ujarnya.
Jean berpesan agar tingkah ngawur segelintir bule tidak disikapi dengan menyulut isu identitas hingga menimbulkan gesekan. Ia juga meminta pemerintah dan para influencer media sosial menyikapinya dengan kepala dingin.
"Jangan terlalu didramatisir. Sebab, jika turis tidak akan datang lagi, maka ekonomi akan bangkrut," tuturnya Rabu (17/5/2023).
Guru Besar Universitas Udayana I Nyoman Darma Putra setali tiga uang. Dia menyesalkan maraknya turis asing yang ngawur di Bali. Menurut dia, wisatawan mancannegara seharusnya menghormati budaya Bali.
Warga Bali, Darma melanjutkan, juga seharusnya menghormati WNA yang berkelakuan baik. Ia mengingatkan agar warga Bali dan turis asing saling introspeksi diri demi menciptakan pariwisata yang aman dan nyaman.
"Selain itu tentu juga aparat keamanan, para pengusaha, (agar) selalu bekerja sama untuk memastikan bahwa hal yang tidak baik itu bisa dicegah atau dihindari untuk tidak terjadi," tutur Ketua Program Doktor Kajian Budaya Unud itu.
Lantas apakah ada WNA yang bisa berkolaborasi dengan penduduk Bali? Baca selengkapnya di sini.
Simak Video "Video: Bule di Bali Pura-pura Ditabrak Lalu Todongkan Pisau-Jambret HP WNI"
(iws/gsp)