Sejak dulu, sejumlah warga negara asing (WNA) turut berkiprah dalam perkembangan kebudayaan Bali. Sebut saja beberapa di antaranya Roelof Goris, Rudolf Bonnet, dan Walter Spies. Dua nama terakhir kerap disebut sebagai tokoh penting dalam perkembangan lukisan tradisi di Bali.
Jean Couteau merupakan salah satu bule yang cukup intens bersentuhan dengan kebudayaan Bali mutakhir. Pria berdarah Prancis itu dikenal sebagai seorang kurator, sejarawan seni, dan akademikus yang menetap di Pulau Dewata sejak 1975.
Selain melukis, ia juga produktif menulis esai dan buku tentang seni, politik, dan juga kebudayaan Bali. "Saya banyak menulis buku tentang Bali, tentang konsep waktu hingga mitos-mitos di Bali," tutur Jean saat ditemui di rumahnya di Denpasar, Kamis (4/5/2023).
Jean pertama kali datang ke Indonesia mengikuti ibunya pada 1972. Sejak pindah ke Bali, Jean berkenalan dengan budayawan Usadi Wiratnaya. Perkenalannya dengan Usadi Wiratnaya itulah yang kelak menjadi mentornya dalam menulis buku-buku tentang Bali.
"Itu ada faktor kebetulan, faktor ibu. Kemudian ada unsur pribadi, saya menemukan mentor di sini (Usadi Wiratnaya)," tutur pria yang lahir pada 1945 itu.
Baca juga: Perangi Sampah ala Sungai Watch |
Jean menulis dalam tiga bahasa, yaitu Indonesia, Inggris dan Prancis. Salah satu buku yang dia tulis berjudul "Myth, Magic and Mystery in Bali" (2017). Buku itu merangkum kisah-kisah tentang ritual dan adat istiadat di Bali.
Melalui buku tersebut, Jean menarasikan anekdot dan sikap orang Bali terhadap kehidupan, pernikahan, tradisi, dan masalah sehari-hari lainnya. Pandangannya terhadap Bali didukung oleh ilustrasi dari seniman Bali kontemporer, seperti Ketut Budiana, Dewa Putu Kantor, dan mendiang Wayan Sadha, serta fotografer I Bagus Putra Adnyana.
Buku-buku karya Jean lainnya, antara lain "Bali Inspires" (2011), "Lempad" (2014), "Time, Rites, and Festivals in Bali" (2013). Jean juga menulis buku "Bali Today: Modernity (2005)" yang membahas tentang keindahan Bali dan membuat orang asing ingin menetap di Pulau Dewata.
Menurut Jean, Bali tidak kekurangan cara untuk mendefinisikan citranya di mata dunia hingga membuat orang asing bergerombol untuk datang ke Bali.
Bagi Jean, inspirasinya ketika menulis datang dari berbagai hal. Mulai dari fenomena sosial hingga pengalaman pribadinya di masa lalu. "Kadang-kadang menulis pertimbangan sosial politik, kadang juga semacam wejangan moral yang terinspirasi dari kehidupan saya pribadi atau kenangan waktu dulu," imbuh Dosen Institut Seni Indonesia Denpasar itu.
Tak melulu tentang seni atau budaya, Jean juga gemar menulis tentang pertimbangan sosial-politik. Esai-esainya kerap tayang di sejumlah media tanah air. Terkadang, ia menulis kritik dengan satir dan humor sehingga terhindar dari upaya menghakimi.
Bagaimana pandangan Jean Couteau terhadap ulah turis asing di Bali? Baca selengkapnya di sini.
Simak Video "Video Harum Menggoda Kue Laklak, Jajanan Pasar Legendaris Buleleng"
(iws/gsp)