Penyebab kematian dua ekor sapi di Banjar Sawe, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, Bali, pada awal Mei lalu akhirnya terungkap. Berdasarkan hasil pengujian Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar, sapi yang mati diduga mengalami keracunan.
Adapun sampel organ dalam sapi yang diteliti, meliputi hati, paru-paru, sel-sel hepatosit, ginjal, dan usus. Hasil diagnosis akhir menunjukkan adanya sentrolobular hepatik nekrosis akut, episema edema pulmonum, dan tubulus nekrosis akut pada ginjal. Tanda-tanda tersebut mengarah pada intoksikasi atau keracunan.
"Diduga terjadi keracunan, namun jenis racunnya masih belum diketahui," ungkap Kabid Keswan dan Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Widarsa saat dikonfirmasi detikBali, Jumat (12/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, BBVet Denpasar juga melakukan pemeriksaan sampel darah, swab, dan serum terhadap tujuh ekor sapi di sekitar lokasi sapi yang mati. Hasilnya, tidak ditemukan penyakit menular yang terdeteksi pada ternak sapi.
Widarsa mengimbau para peternak agar lebih selektif memilih pakan ternak. Sebab, keracunan pada sapi umumnya disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi. Selain itu, ia meminta para peternak sapi untuk menerapkan biosekuriti secara disiplin, baik pada sapi maupun kandangnya.
"Kami tidak dapat memastikan apakah keracunan disebabkan oleh makanan atau melalui jalur lainnya. Namun, umumnya penyebabnya adalah makanan," imbuhnya.
Seperti diketahui, sejumlah sapi di Banjar Sawe, Desa Batuagung, Jembrana, mati mendadak dalam beberapa bulan terakhir. Salah satu ciri sapi yang mati itu adalah keluarnya busa dari mulut.
Berdasarkan pemeriksaan dokter terhadap dua ekor sapi yang mati pada 1 Mei lalu, penyebab kematiannya diduga karena bloat atau perut sapi yang kembung. Bloat dapat disebabkan oleh faktor makanan dan bukan merupakan penyakit yang menular.
(iws/hsa)