Bali Sepekan: Bus Terjun ke Kebun Sedalam 15 Meter-LNG Dipindah ke Laut

Terpopuler Sepekan

Bali Sepekan: Bus Terjun ke Kebun Sedalam 15 Meter-LNG Dipindah ke Laut

Tim detikBali - detikBali
Minggu, 30 Apr 2023 08:43 WIB
Kondisi bus M-Trans yang masih belum berhasil dievakuasi di sebelah barat Luvi Resto Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali, Kamis (27/04/2023).
Kondisi bus M-Trans yang masih belum berhasil dievakuasi di sebelah barat Luvi Resto Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali, Kamis (27/04/2023). Foto: I Putu Adi Budiastrawan/detikBali
Denpasar -

Sejumlah peristiwa di Bali menjadi sorotan pembaca detikBali dalam sepekan terakhir. Mulai dari kecelakaan beruntun di Jalan Denpasar-Gilimanuk, Melaya, Jembrana, Bali. Kecelakaan tersebut mengakibatkan bus M-Trans terjun ke kebun warga sedalam 15 meter.

Ada pula isyarat Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan untuk melanjutkan rencana pembangunan Terminal Liquid Natural Gas (LNG). Namun, Luhut menyebut akan memindahkan lokasi pembangunan Terminal LNG dari kawasan pesisir ke tengah laut.

Selanjutnya, ada kasus meningitis yang merebak di Bali. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali pun membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Penyakit Zoonosis dan Penyakit Infeksi Baru. Berikut ulasannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bus Terjun ke Kebun Sedalam 15 Meter di Jalan Denpasar-Gilimanuk

Kecelakaan beruntun mengakibatkan bus M-Trans terjun ke kebun warga sedalam 15 meter di Jalan Denpasar-Gilimanuk, tepatnya di Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali, Kamis (27/4/2023) dini hari. Belasan orang mengalami luka-luka.

Kecelakaan beruntun itu melibatkan bus M-Trans, bus Bagong, dan sepeda motor. Awalnya, bus M-Trans bergerak dari arah barat (Gilimanuk) menuju timur (Denpasar) dan hendak menyalip kendaraan sepeda motor di depannya.

ADVERTISEMENT

Namun, sepeda motor mengerem mendadak sehingga bus mencoba untuk melakukan pengereman. Nahas, bus M-Trans justru terperosok ke lajur kanan dan terjatuh ke jurang sedalam 15 meter setelah ditabrak bus Bagong dari belakang.

Salah satu penumpang bus M-Trans asal Mojokerto, Imel menceritakan dirinya sedang tertidur dan duduk di bangku belakang. Ia menyebut tubuhnya ikut terguling ketika bus tersebut terjun ke kebun warga. Sontak, ia dan seluruh penumpang yang berjumlah sekitar 30 orang panik dan berteriak histeris.

"Saya bangun sudah berada di bawah dengan posisi bus miring ke kanan. Kondisinya saat itu gelap sekali dan tidak terlalu kelihatan. Ketika keluar, ternyata di kebun dan jaraknya jauh dari jalan," tuturnya.

Sopir bus, Totok Budiono (53) mengaku kecelakaan terjadi saat hendak mendahului sepeda motor yang bergerak di depannya. Namun, sepeda motor itu malah mengerem mendadak.

"Saat kejadian itu saya hendak menyalip sepeda motor di depan, namun tiba-tiba kendaraan di depan saya itu rem mendadak sehingga saya coba menghindar, namun ditabrak dengan keras oleh kendaraan lain yang posisinya di belakang saya," ungkap Totok, Jumat (28/4/2023).

Sementara itu, Kasat Lantas Polres Jembrana AKP Ni Putu Meipin Ekayanti menjelaskan kecelakaan beruntun yang melibatkan tiga kendaraan di wilayah hukum Polres Jembrana masih dalam tahap penyelidikan. Diketahui, bus M-Trans yang terjun ke kebun warga itu mengangkut 30 orang penumpang.

"Mengenai kecepatan itu sudah ada aturan yang mengatur, sehingga kasus ini kami masih melakukan pendalaman lebih lanjut," katanya.

Di sisi lain, perusahaan Bus M-Trans mengajukan proses damai dengan korban dari kecelakaan beruntun tersebut. Terkait itu, kepolisian menyerahkan prosesnya kepada para korban. Demikian pula kepada manajemen bus M-Trans untuk menyesuaikan tuntutan korban.

"Saat ini masih dalam proses, pihak bus masih bertemu dengan para penumpang atau korban laka bus M-Trans ini," kata Meipin.

Meskipun proses perdamaian telah diusulkan, proses hukum tetap berjalan sesuai prosedur yang berlaku. Pemeriksaan, lanjut Meipin, masih berlanjut.

"Memang dari pihak bus ini berencana untuk menyelesaikan permasalahan dengan kekeluargaan. Artinya jika pihak Bus M-Trans mendapat tandatangan dari seluruh masyarakat yang menjadi korban, kami akan lakukan proses lanjutan," tandasnya.

Luhut Pindahkan Proyek Terminal LNG ke Laut

Menko Marvest Luhut Binsar Panjaitan saat meninjau budidaya rumput laut di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Jumat (28/4/2023). (Made Wijaya Kusuma)Menko Marvest Luhut Binsar Panjaitan saat meninjau budidaya rumput laut di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Jumat (28/4/2023). (Made Wijaya Kusuma)

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sempat tidak merekomendasikan pembangunan Terminal LNG Sidakarya. Namun, saat meninjau budidaya rumput laut di Desa Patas, Gerokgak, Buleleng, Luhut mengisyaratkan melanjutkan proyek LNG.

Syaratnya, proyek yang semula dibangun di pesisir pantai akan dipindah ke tengah laut. "Kami sudah dapat mekanisme terbaik. Jadi, pariwisata jangan dicampuradukkan dengan Terminal LNG," kata Luhut Jumat (28/4/2023).

"(Terminal LNG) yang sekarang, kami pindah nanti ke laut. Jadi offshore (jauh dari daratan). Kira-kira empat kilometer (jaraknya) dari pantai," imbuhnya.

Luhut mengeklaim pembangunan Terminal LNG di tengah laut tidak akan mengganggu aktivitas pariwisata. Tak hanya itu, ia mengeklaim pembangunan itu juga tak akan merusak kawasan mangrove sebagaimana dikhawatirkan oleh aktivis lingkungan.

Menurut Luhut, keberadaan Terminal LNG akan berdampak positif terhadap ketersediaan pasokan listrik di Bali. "Sehingga orang (yang bermain) ski tidak terganggu. Resor juga tak terganggu. Mangrove pun tidak rusak," terang Luhut.

Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali I Nyoman Sugawa Korry sepakat dengan Luhut untuk menggeser proyek Terminal LNG ke tengah laut. Hanya saja, ia meminta pembangunannya sesuai dengan kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).

"Kuncinya sebenarnya mau dipindah atau tidak itu kan hasil studi Amdal lebih menentukan, kembali ke studi Amdal," kata Korry, Jumat (28/4/2023).

"Studi Amdal itu kan nggak boleh berbenturan dengan aturan di atasnya. Kan begitu, patokannya ya itu saja (Amdal)," ujar politikus Golkar itu.

Sementara itu, Humas PT Dewata Energi Bersih (DEB) Ida Bagus Ketut Purba Negara meminta kejelasan terkait rencana pemindahan Terminal LNG ke tengah laut. Salah satunya perihal lokasi pasti yang dimaksud tengah laut oleh Menko Luhut.

"Empat kilometer yang beliau maksud itu di mana? Karena tentu itu akan berkaitan dengan teknis. Kalau itu ternyata berada di titik jalur kapal, ya sama saja kita menaruh bangunan di tengah jalan raya. Ini akan menjadi suatu hal yang berbeda lagi pembahasannya," kata Purba.

Menurutnya, masyarakat Desa Adat Serangan, Sesetan, Sidakarya, dan Intaran juga sempat menyampaikan harapannya agar mendapat manfaat dari rencana pembangunan Terminal LNG. Namun, jika pembangunan Terminal LNG dari kawasan pesisir dipindah ke tengah laut, maka desa-desa tersebut tidak akan memperoleh manfaatnya.

"Kalau sekarang rencananya Pak Menteri membawa terminal LNG ke tengah laut maka masyarakat tidak akan mendapatkan manfaat atas proyek ini. Kami dari PT DEB ikut saja dengan perintah pemerintah sepanjang dari hitungan keekonomisannya masuk," imbuhnya.

Di sisi lain, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali mempertanyakan konsistensi Luhut soal proyek tersebut. Pasalnya, pada 16 Maret 2023 lalu Luhut mengeluarkan surat dengan Nomor B-1212/MENKO/PC.01.00/III/2023 perihal Tindak Lanjut Proses Pembangunan Terminal LNG dan Jaringan Pipa Gas Bersih oleh PT Dewata Energi Bersih.

Isi surat menunjukkan Luhut tidak merekomendasikan pembangunan Terminal LNG Sidakarya. "Tapi, kok sekarang muncul wacana terminal LNG bakal dibangun di laut. Kami ingin mempertanyakan bagaimana konsistensi Menko Luhut terkait surat yang ia keluarkan," kata Direktur Walhi Bali Made Krisna Dinata, Sabtu (29/4/2023).

Krisna juga menanyakan perihal lokasi yang dimaksud Luhut sebagai lokasi baru pembangunan terminal LNG. Ia pun menyayangkan Walhi tidak dilibatkan dalam pembahasan mengenai pembangunan Terminal LNG.

Meningitis Merebak di Bali

Penyakit meningitis merebak di Bali. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Gianyar Ni Nyoman Ariyuni menerangkan sejak Januari 2023 terdapat 34 kasus meningitis. Dari jumlah itu, sebanyak empat orang meninggal dunia.

"Sampai hari ini total di (RSUD) Sanjiwani ada 30 suspek, empat di Payangan, dan empat meninggal," ujarnya, Selasa, (25/4/2023). Dua orang meninggal pada Februari lalu dan dua lainnya meninggal April.

Ariyuni menyebutkan saat ini masih ada dua pasien yang dirawat di RSUD Sanjiwani, Gianyar. "Masih ada dua pasien suspek meningitis yang dirawat di RSUD Sanjiwani, Kabupaten Gianyar," kata Ariyuni.

"Suspek yang dari awal masih dua, satu rencana rujuk (ke) Sanglah (RS Prof IGNG Ngoerah), masih tunggu persetujuan keluarga, karena banyak penyakit penyerta, satu lagi baru masuk," terangnya.

Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Denpasar mencatat ada lima kasus meningitis pada Februari 2023. Seluruh pasien kini sudah pulih. Beberapa di antara mereka disebut sempat makan babi guling.

"Ada dokter dan perawat di RSU Dharma Yadnya yang memang makan babi guling bersamaan dan muncul gejala (meningitis) selang beberapa hari. Tapi, semuanya sudah sehat," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar Anak Agung Ayu Agung Candrawati, Selasa (25/4/2023).

Kelima pasien sempat diopname karena mengalami penurunan kesadaran. Adapun gejala yang dialami oleh pasien, di antaranya badan panas, muntah, sampai penurunan kesadaran.

"Kasus MSS ini termasuk insidentil. Mungkin (disebabkan) karena kondisi makanan dan kondisi orangnya," imbuhnya.

Menyikapi merebaknya kasus meningitis di Bali, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Penyakit Zoonosis dan Penyakit Infeksi Baru di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Tujuannya, untuk mencegah penyebaran penyakit meningitis.

Saat ini, tim tersebut sedang disusun dan ditargetkan selesai bulan depan, Mei 2023. "Mudah-mudahan Mei, terdiri dari lintas sektor, sudah selesai," kata Kepala Dinkes Bali I Nyoman Gede Anom, Rabu (26/4/2023).

Ia menjelaskan upaya lain yang dilakukan Pemprov Bali, yaitu melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengolah makanan dengan benar. Misalnya, dimasak di atas suhu 80 derajat celcius.

Anom juga menyebut kasus meningitis atau Meningitis Streptococcus Suis (MSS) berhubungan dengan risiko konsumsi olahan babi yang tidak dimasak. Meski begitu, ia mengingatkan tidak semua kasus meningitis dipicu oleh konsumsi daging babi.

"Kondisi ini terjadi karena bakteri Streptococcus ditemukan di daging dan darah babi yang mentah dan bila itu dikonsumsi, karena olahan tersebut tidak dimasak sempurna seperti pada lawar plek akan mengakibatkan terjadinya proses infeksi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang," terang Anom.

"Perlu dilihat kasus per kasus dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium," lanjutnya.

Terpisah, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Denpasar mendorong masyarakat untuk mengolah daging babi dengan benar. Menurutnya, warga perlu memastikan daging yang hendak dikonsumsi, diolah dengan baik.

"Dimasak dengan air mendidih sampai suhu diatas 70 derajat celcius atau sampai kuah kaldunya jernih," kata Ketua IDI Cabang Denpasar Ketut Widiyasa, Kamis (27/4/2023).

Ia menuturkan MSS merupakan penyakit radang selaput otak yang disebabkan oleh beberapa bakteri, salah satunya Streptococcus. Bakteri tersebut bisa berada pada hewan lain, seperti daging anjing, kucing, dan burung.

Hanya saja, masyarakat Bali terbilang jarang mengonsumsi daging-daging tersebut daripada daging babi. Sehingga, sambung Widiyasa, masyarakat di Bali berisiko tinggi terkena penularan bakteri Streptococcus.

"Bali, secara geografis, budayanya masih mengonsumsi daging babi secara masif. Tapi, kami tidak bisa menyebutkan bahwa semua babi ada bakterinya karena bakteri ini tidak selalu ada di babi," imbuhnya.

Widiyasa menuturkan tiga faktor yang mempengaruhi seseorang terkena meningitis, di antaranya bakteri, tubuh, dan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan perhatian seluruh pihak, baik masyarakat, Dinas Kesehatan, dan badan institusi kesehatan lainnya.

Adapun gejala awal yang dialami pasien, di antaranya demam, mual, sakit kepala, hingga muntah. "Biasanya setelah dua hingga lima hari setelah gejala itu, akan muncul gejala leher kaku, leher rasanya seperti papan, bahkan ada pasien yang mengalami gangguan kesadaran," imbuhnya.

Pada fase ini, pasien harus waspada apakah ada riwayat makan daging babi yang diolah dengan tidak baik. Gejala-gejala tersebut, tegasnya, tak boleh disepelekan. "Meskipun angka kematian sangat sedikit, yakni 3-26 persen, tapi bagi saya itu angka yang besar kalau dibiarkan, karena gejalanya cukup berat sampai meningitis muncul," tandasnya.




(iws/efr)

Hide Ads