Siasat Petani Kapas Bertahan di Tengah Ancaman Gagal Panen

Karangasem

Siasat Petani Kapas Bertahan di Tengah Ancaman Gagal Panen

I Wayan Selamat Juniasa - detikBali
Selasa, 11 Apr 2023 22:03 WIB
Sejumlah petani kapas di Desa Datah, Abang, Karangasem, khawatir gagal panen karena hujan terus mengguyur.
Sejumlah petani kapas di Desa Datah, Abang, Karangasem, khawatir gagal panen karena hujan terus mengguyur. (Foto: I Wayan Selamat Juniasa/detikBali)
Karangasem -

Hujan yang sering mengguyur Desa Datah, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, membuat petani setempat ketar-ketir. Sejumlah tanaman kapas mereka rusak hingga terancam gagal panen.

Mangku Sari, salah seorang petani kapas di desa tersebut, mengaku tak bisa hidup jika hanya mengandalkan panen kapas. Oleh karena itu, dia bersama sebagian besar petani kapas lainnya memilih mengembangkan teknik pertanian tumpang sari. Lahan pertanian mereka tak hanya ditanami kapas, melainkan juga jagung, kacang tanah, dan sawi.

"Kalau kami hanya menunggu dari panen kapas saja, sebelum panen kami makan apa? Jadi saya dan petani lainnya yang ada di sini kompak untuk melakukan tumpang sari. Apalagi umur tanaman jagung juga tidak lama," kata Mangku Sari, Selasa (11/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal senada juga dikatakan oleh petani kapas lainnya I Nyoman Dayuh. Menurutnya, panen kapas butuh waktu yang cukup lama atau sekitar enam bulan. Tak hanya itu, cuaca yang tidak bersahabat juga bisa menghambat jadwal panen kapas.

ADVERTISEMENT

"Waktu ini saat saya menanam bibit kapas, yang mau tumbuh hanya beberapa saja sisanya nggak mau tumbuh karena bibitnya rusak. Jadi saya minta lagi ke pemerintah kemudian saya tanam lagi baru mau tumbuh," kata Dayuh.

Dayuh menuturkan seluruh petani kapas di Desa Datah masih mendapat bantuan bibit dan pupuk dari pemerintah. Ia mengaku bisa saja berhenti menjadi petani kapas jika pemerintah tak lagi memberi bantuan bibit maupun pupuk.

"Kalau tidak ada bantuan bibit dan pupuk dari pemerintah susah bagi kami untuk menanam kapas. Karena kami juga butuh modal mengingat harga kapas walaupun tetap ada yang beli, tapi harganya kadang-kadang murah," kata Dayuh.

Pemerintah Kabupaten Karangasem sebenarnya sempat mengimbau para petani kapas agar tidak melakukan tumpang sari. Sebab, teknik pertanian tersebut dapat membuat pertumbuhan tanaman kapas tidak maksimal.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Karangasem I Nyoman Siki Ngurah mengatakan sudah berkoordinasi dengan para petani kapas yang mengembangkan tumpang sari. "Mereka tumpang sari karena menyangkut kebutuhan hidup sehari-hari mereka juga. Karena jika mengandalkan dari kapas saja tidak bisa," katanya.

Siki Ngurah menyebut para petani kapas telah diberi penyuluhan terkait aturan tanam tumpang sari. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah jarak antartanaman dan teknik perawatannya.

"Setelah panen jagung dan yang lainnya, langsung panen kapas. Jadi, tidak ada pengaruhnya selama para petani mengikuti aturan tanamannya," kata Siki Ngurah.




(iws/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads