Kronologi Warga Ngotot Rekreasi ke Pantai dan Lawan Pecalang Saat Nyepi

Buleleng

Kronologi Warga Ngotot Rekreasi ke Pantai dan Lawan Pecalang Saat Nyepi

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Kamis, 23 Mar 2023 14:44 WIB
Warga non-Hindu di Desa Sumberkelampok melawan barisan pecalang dengan berekreasi di pantai saat hari raya Nyepi.
Warga di Desa Sumberkelampok melawan barisan pecalang dengan berekreasi di pantai saat hari raya Nyepi. Foto: Dok. Istimewa
Buleleng -

Sejumlah warga memaksa untuk berekreasi ke pantai dengan melawan pecalang hingga membuka paksa pintu portal saat Hari Raya Nyepi. Tindakan tersebut terjadi di Kantor Seksi 2 Kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Banjar Dinas Tegal Bundar, Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Rabu (22/3/2023) sekitar pukul 10.00 Wita.

"Telah terjadi tindakan intoleransi dari warga Banjar Dinas Tegal Bunder dan tindakan melawan petugas pecalang dan Bakamda desa adat serta Kelian Desa Adat Sumberklampok," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Bali Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto kepada detikBali, Kamis (23/3/2023).

Menurut Satake Bayu, awalnya sebanyak empat orang petugas Desa Adat Sumberklampok melaksanakan pengamanan pelaksanaan Catur Brata Penyepian di depan Kantor Seksi 2 Kawasan TNBB sekitar pukul 06.00 Wita. Mereka terdiri dari dua anggota pecalang dan dua Bantuan Keamanan Adat (Bakamda).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian sekitar pukul 09.00 Wita, datang tiga warga mengendarai sepeda motor bernama Mat Keker dan kawan-kawannya memaksa masuk dengan alasan rekreasi memancing ikan. Ketika dihalangi oleh pecalang dan Bakamda, mereka tetap menerobos dan memaksa untuk masuk ke arah Pura Segara Rupek.

Sekitar pukul 10.00 Wita, kembali datang 40 rombongan warga mengendarai sepeda motor dan ingin memaksa masuk dengan alasan yang serupa. Pecalang kemudian segera menghubungi Kelian Desa Adat Sumberklampok dan melaporkan kejadian tersebut.

ADVERTISEMENT

Mendapatkan laporan itu, Kelian Adat Desa Sumberklampok Jero Putu Artana mendatangi lokasi kejadian dengan didampingi salah satu anggota Bakamda Gede Sukajana. Setibanya di lokasi, Kelian Desa Adat Sumberklampok segera memberikan imbauan dan penjelasan kepada warga Banjar Dinas Tegal Bunder.

Menurut Satake Bayu, Kelian Adat Desa Sumberklampok Jero Putu Artana memberikan penjelasan terkait penegasan dari desa adat yang melarang kegiatan warga menggunakan sepeda motor ke Pantai Segara Rupek. Ia juga menyampaikan hal-hal bersifat mendesak yang diizinkan oleh desa adat berdasarkan kesepakatan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).

"Namun imbauan dan penjelasan dari Kelian Desa Adat tetapi tidak dihiraukan. Warga tidak mengindahkan dan tetap memaksa untuk masuk dengan membuka portal," jelas Satake Bayu.

Portal dibuka paksa oleh warga bernama Zaini dan ia mengarahkan masyarakat lainnya untuk masuk ke arah Pantai Segara Rupek. Warga pun bergerak menggunakan sepeda motor masuk ke arah Pantai Segara Rupek dan kejadian tersebut direkam oleh beberapa orang petugas dan diviralkan di media sosial (medsos).

Kelian Desa Adat Sumberklampok Jero Putu Artana kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Gerokgak dan meminta ketegasan aparat untuk menindak warga tersebut. Ia juga meminta agar warga tersebut diproses secara hukum karena sudah melanggar aturan atau awig-awig Desa Adat Sumberklampok.

Diberitakan sebelumnya, insiden warga ngotot rekreasi di Pantai Prapat Agung terjadi persis pada perayaan Nyepi, Rabu (22/3/2023). Berdasarkan video yang beredar, sejumlah warga mengendarai sepeda motor menunggu di depan portal yang dijaga para pecalang. Mereka berbondong-bondong masuk, setelah seorang di antaranya berhasil membuka portal.

"Ntar dulu, ntar dulu pak, hargai lah masyarakat. Ayo satu per satu masuk. Nggak ada yang larang, biar pun bapak Kapolda, bapak polisi, biar tidak ramai di sini," tutur pria berbaju loreng di dalam video tersebut dengan nada menantang.

Perbekel Desa Sumberkelampok Wayan Sawitrayasa ketika dikonfirmasi detikBali, Kamis (23/3/2023), membenarkan hal tersebut. Ia mengakui warga yang memaksa rekreasi adalah umat yang tidak merayakan Nyepi di desanya.

"Informasi dari warga, setiap hari raya Nyepi, mereka terbiasa berekreasi di sana agar tidak keluar ke jalan raya. Tetapi, yang namanya Nyepi itu seharusnya di rumah. Apalagi, ikut menghidupkan sepeda motor. Bandara saja ditutup," terang Sawitrayasa.




(nor/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads