Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) menilai stunting sebagai masalah kesehatan yang penanganannya harus dimulai dari hulu. Yakni memastikan kesehatan perempuan agar cukup gizi, terutamanya sejak remaja hingga masuk pra-nikah.
Sebab, Kepala DP2KBP3A I Nyoman Gunarta mengungkap asupan kurang gizi yang dialami ibu hamil memicu anemia dan berpotensi melahirkan anak dengan kondisi stunting.
Stunting adalah masalah gizi kronis dalam jangka panjang, sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan anak. Stunting umumnya membuat tubuh pendek, menurunnya kemampuan kognitif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang jelas, penanganan stunting itu harus komprehensif, melibatkan banyak unsur, dimulai dari hulu. Lihat sebelum menikah bagaimana, pada saat hamil, dan lahir bagaimana. Itu yang kami lakukan di Badung, Bali," ungkapnya, Jumat (17/3/2023).
Di Badung, kasus stunting tahun ini ditargetkan turun ke level 6 persen. Tahun sebelumnya, Badung mencatat kasus stunting di tingkat 6,6 persen.
Sebagai upaya, Pemerintah Kabupaten Badung membuat program penanganan stunting bertajuk 'Badung Bergaya' dimulai dari desa.
Program ini diuji coba di Desa Dalung, Kuta Utara, menawarkan layanan konseling dan pendampingan secara online maupun offline bagi remaja dan pra-nikah.
Pemkab Badung juga berencana memberikan bantuan formula terhadap bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Sehingga asupannya dapat mempercepat pertumbuhan bayi.
"Ini yang kami jadikan solusi, upayakan dalam penanganan stunting," lanjut Gunarta.
Selain faktor tersebut di atas, menurut Gunarta, stunting juga bisa disebabkan karena usia ibu hamil terlalu muda, sehingga kurang bagus untuk perkembangan janin.
"Usia bagus untuk hamil itu di atas 21 tahun. Saat hamil pun, jika asupan gizi ibu kurang mencukupi dan jarang memeriksa kondisi kehamilan bisa menjadi masalah," terang Gunarta.
Selanjutnya, faktor bayi yang tak cukup mendapatkan ASI (air susu ibu) selama enam bulan sejak lahir dan vaksinasi yang tidak lengkap pun menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lambat dan berpotensi mudah kena penyakit.
"Dengan gizi yang bagus, terutama makan ikan yang banyak, sangat baik. Secara ekonomi pun, masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan bayinya jadi berpengaruh," ungkap Gunarta.
(BIR/irb)