Hikayat Adalah: Pengertian, Ciri-ciri, Unsur, Struktur, dan Contoh

Hikayat Adalah: Pengertian, Ciri-ciri, Unsur, Struktur, dan Contoh

ilham fikriansyah - detikBali
Selasa, 28 Feb 2023 17:34 WIB
Pakaian Adat Melayu
Foto: instagram.com/sewabajuadat.id
-

Hikayat adalah salah satu jenis sastra lama yang berbentuk lisan atau tulisan. Pada umumnya, hikayat mengisahkan tentang kehidupan dari kaum bangsawan, keluarga istana, atau orang-orang yang memiliki kehebatan tertentu.

Penasaran apa saja unsur-unsur di dalam hikayat? Lalu bagaimana struktur penulisan hikayat? Simak pembahasannya secara lengkap serta contohnya dalam artikel berikut ini yuk, detikers.

Pengertian Hikayat

Hikayat adalah jenis karya sastra lama yang berbentuk prosa. Hikayat biasanya mengandung nilai-nilai moral dan sering kali disampaikan secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut KBBI Daring, hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu. Biasanya, hikayat dibaca untuk perlipur lara, membangkitkan semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta.

Hikayat biasanya diawali dengan pembukaan yang panjang dan kemudian menceritakan kisah-kisah yang terkait dengan tokoh heroik atau romantis. Tokoh dalam hikayat sering kali dipandang sebagai simbol dari kebaikan atau keburukan. Lalu, cerita yang disampaikan sering kali diambil dari sejarah atau legenda masyarakat.

ADVERTISEMENT

Ciri-ciri Hikayat

Ada sejumlah ciri-ciri di dalam cerita hikayat. Dikutip dari buku CCM Cara Cepat Menguasai Bahasa Indonesia SMA dan MA Rangkuman Bahasa Indonesia SMA MA SBMPTN oleh Tomi Rianto, berikut ciri-ciri hikayat.

  • Hikayat menggunakan bahasa Melayu lama.
  • Istanasentris, ceritanya berlatarkan istana.
  • Pralogis, ceritanya tidak masuk akal atau bersifat khayalan.
  • Statis, bersifat kaku dan tetap.
  • Anonim, pengarang hikayat tidak jelas.
  • Hikayat menggunakan kata arkais, yaitu kata-kata yang jarang digunakan seperti syahdan dan sebermula.

Unsur Intrinsik Hikayat

Sebagai informasi, hikayat memiliki dua unsur utama, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik adalah unsur yang membangun cerita hikayat dari dalam.

Biar tidak bingung, simak penjelasan unsur intrinsik hikayat di bawah ini.

1. Tema

Tema adalah gagasan yang mendasari sebuah cerita.

2. Latar

Latar menjelaskan tentang tempat, waktu, dan suasana di dalam suatu cerita hikayat.

3. Alur

Alur merupakan jalinan peristiwa di dalam sebuah cerita.

4. Amanat

Amanat adalah pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui sebuah cerita.

5. Tokoh

Tokoh merupakan pemeran di dalam cerita hikayat.

6. Watak/Penokohan

Penokohan adalah penggambaran watak seorang tokoh di dalam cerita tersebut.

7. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan teknik yang dipilih oleh penulis untuk mengemukakan gagasan dalam ceritanya.

8. Gaya Bahasa

Merupakan kemampuan penulis dalam menyajikan suatu cerita yang menggunakan bahasa dan unsur-unsur keindahan lainnya.

Unsur Ekstrinsik Hikayat

Jika intrinsik membangun unsur cerita dari dalam, lain halnya dengan ekstrinsik di mana unsur cerita hikayat dibangun dari luar. Simak unsur-unsur ekstrinsik hikayat berikut ini.

  • Latar belakang agama
  • Adat
  • Budaya
  • Nilai dan norma kehidupan

Struktur Hikayat

Ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam membuat cerita hikayat. Dilansir situs uma.ac.id, berikut sejumlah struktur hikayat.

1. Abstrak

Pada dasarnya, dalam penulisan hikayat abstrak bersifat opsional. Artinya, abstraksi boleh disertakan dan boleh juga tidak. Dengan begitu, struktur abstraksi bergantung dari penulis hikayat itu sendiri.

2. Orientasi

Orientasi adalah salah satu bagian teks yang berkaitan dengan beberapa aspek, mulai dari aspek waktu, tempat, dan suasana. Nah, ketiga aspek itu akan mempengaruhi penulisan hikayat.

3. Komplikasi

Komplikasi adalah urutan kejadian yang mengaitkan antara sebab dan akibat. Komplikasi dapat juga diartikan sebagai puncak masalah dan munculnya konflik dalam alur hikayat. Nah, konflik tersebut yang sebenarnya mengeluarkan karakter dan watak asli dari tokoh yang diceritakan di dalam hikayat.

4. Evaluasi

Sesuai namanya, evaluasi adalah bagian struktur dalam hikayat yang menjelaskan tentang penyelesaian atau jalan keluar dari suatu masalah.

5. Resolusi

Resolusi adalah bagian yang menawarkan solusi terhadap permasalahan yang sudah diciptakan oleh penulis di dalam hikayat. Setelah kehadiran solusi, biasanya penulis akan mengarahkan hikayat pada koda.

6. Koda

Istilah koda lebih tepat digunakan untuk mengartikan pesan dan amanat yang disampaikan oleh penulis. Jadi, di bagian koda para pembaca hikayat bisa mengambil pelajaran atau pesan moral.

Nilai-nilai dalam Hikayat

Hikayat memiliki sejumlah nilai-nilai penting, baik itu kepada penulis atau para pembacanya. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa nilai-nilai di dalam hikayat.

  • Sarana untuk membangkitkan semangat para pembacanya.
  • Sebagai sarana untuk menghibur.
  • Hikayat sering kali dijadikan sebagai sarana untuk meramaikan suatu acara atau suasana.
  • Tak hanya menghibur, hikayat disampaikan kepada masyarakat umum untuk menyampaikan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam cerita.

Bentuk Hikayat

Secara umum, hikayat terbagi ke dalam lima bentuk. Apa saja bentuk-bentuk hikayat tersebut? Simak penjelasannya di bawah ini.

1. Hikayat Cerita Rakyat

Hikayat ini menggambarkan cerita rakyat dengan jenaka. Umumnya, hikayat ini menceritakan asal muasal suatu tempat atau benda.

2. Roman

Roman adalah hikayat yang mengisahkan tentang kisah asmara atau kisah rumah tangga.

3. Epos

Epos merupakan salah satu bentuk hikayat yang menceritakan tentang sosok kepahlawanan di masa lalu.

4. Tambeh

Tambeh adalah hikayat yang mengisahkan pedoman kehidupan sebagai manusia, sehingga di dalam ceritanya banyak mengandung pelajaran yang dapat dipetik.

5. Chara

Yang terakhir adalah chara, yakni salah satu bentuk hikayat yang fokus pada seorang tokoh yang memiliki sifat terpuji. Jadi, chara dapat dikategorikan ke dalam jenis hikayat biografi.

Jenis-jenis Hikayat

Sebagai informasi, hikayat terbagi ke dalam dua jenis, yakni jenis hikayat berdasarkan isinya dan berdasarkan asalnya. Untuk lebih jelasnya, simak di bawah ini.

1. Jenis Teks Hikayat Berdasarkan Isinya

Teks hikayat berdasarkan isinya terbagi lagi ke dalam beberapa jenis, seperti:

  • Cerita rakyat
  • Epos India
  • Cerita dari Jawa
  • Cerita-cerita Islam
  • Sejarah dan biografi
  • Cerita bertingkat

2. Jenis Teks Hikayat Berdasarkan Asalnya

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, cerita hikayat berasal dari Melayu. Namun, seiring berjalannya waktu ada banyak cerita hikayat yang asalnya dari sejumlah bangsa, yakni:

  • Melayu asli
  • Jawa
  • Hindu (India)
  • Arab-Persia

Contoh Hikayat

Setelah mengetahui pengertian dan struktur tentang hikayat, mari kita simak salah satu contoh cerita hikayat yang terkenal, yakni Hang Tuah. Sedikit informasi, cerita hikayat ini mengisahkan seorang pejuang Melayu bernama Hang Tuah, yang dikenal sebagai salah satu pejuang terhebat di masa lalu.

Hang Tuah

Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar kabar tentang Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya.

Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu, "Ayo kita pergi ke Bintan, negeri yang besar itu, apalagi kita ini orang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari pekerjaan." Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit.

Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya.

Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain, baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu memberi makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam, ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu. Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya, "Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh."

Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk persediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang yang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik toko meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negeri Bintan itu dan terjadi kekacauan di mana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah, "Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung?"

Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu, "Negeri ini memiliki prajurit dan pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya." Waktu ia sedang berbicara, ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko, katanya, "Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!"

Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, ia pun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelah kepala orang itu dan mati.

Maka kata seorang anak yang menyaksikannya, "Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini." Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya kepadanya, "Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?"

Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab, "Pemberontak itu tidak pantas dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu."

Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja. Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja.

Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu menyembah Sang Raja, "Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang pengkhianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya."

Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu bertanya, "Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?"

Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, "Hormat tuanku, pegawai saya yang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini."

Maka Baginda bertitah, "Hai Tumenggung, katakan saja, kita akan membalasnya."

Maka Tumenggung menjawab, "Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, untuk datang saja hamba takut karena yang melakukan hal itu, tuan sangat menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya karena jika tidak, alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu."

Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu, maka Baginda bertitah, "Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?" Maka Tumenggung menjawab, "Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba, hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Hang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datang untuk mengawasi mereka."

Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu, "Pergilah, singkirkanlah Si Durhaka itu!" Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negeri itu, tetapi si Tuah tidak mati karena si Tuah itu perwira besar, apalagi dia menjadi wali Allah.

Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun Raja ingin bertemu dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, "Tidakkah Tuan ingin mempunyai istri?" Lalu jawabnya, "Saya tidak ingin mempunyai istri lagi."

Nah, itu dia pembahasan lengkap mengenai hikayat beserta pengertian, ciri-ciri, unsur, struktur, dan contohnya. Semoga artikel ini dapat membantu detikers yang ingin mencari tahu tentang hikayat dan bagaimana struktur penulisannya yang benar.




(ilf/des)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads