Masalah sampah di Kota Denpasar, Bali tak pernah ada habisnya. Itulah yang mendorong empat anak muda Denpasar yang menamakan dirinya sebagai Pancawara Bali untuk turut berkontribusi menangani masalah sampah.
Mereka berempat adalah I Komang Irfan Febrian (18), Kadek Krisna Winanta (18), Ketut Jian Ananda Putra (20), dan I Putu Kompiang Swastika (19).
Salah satu anggota Pancawara Bali, Febrian mengatakan kelompoknya pertama kali terbentuk pada 6 Januari 2023. Hingga kini total ada tujun sungai, dan dua pantai yang telah dibersihkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami termotivasi dari Pandawara Grup di Bandung. Selain itu, sampah ini memang jadi kekhawatiran buat kami karena di dekat rumah kami ada saluran air yang tersumbat sampah, dan akhirnya menyebabkan banjir," katanya ditemui detikBali di Jalan Merdeka, Denpasar, Bali, Minggu (26/2/2023).
Berangkat dari hal tersebutlah, mereka mulai memiliki misi untuk mencari titik-titik di Kota Denpasar yang penuh sampah dan kemudian dibersihkan. Ia menuturkan biasanya Pancawara Bali akan melakukan survei lokasi untuk melihat bisa tidaknya mereka datangi untuk dilakukan pembersihan.
Kemudian, salah satu faktor penentu dalam menentukan lokasi bersih-bersih yakni harus adanya TPS atau TPST di sekitar kawasan lokasi tersebut.
Sebelum melakukan aksi bersih-bersih, mereka memulainya dengan menghaturkan canang sari dan bersembahyang. Tujuannya sebagai permintaan izin untuk melakukan kegiatan di suatu tempat.
"Kami pernah mencetak rekor mengumpulkan sampah sampai dengan 18-32 trashbag dalam satu kali aksi. Dalam satu kali aksi biasanya kami habiskan waktu sekitar 3-6 jam dalam satu hari," ungkapnya.
Ia menyebut pada masa awal melakukan aksi hanya menggunakan sarana seadanya. Tak jarang mereka lebih memilih untuk bertelanjang kaki dan hanya memakai sarung tangan plastik.
"Pertama mulai aksi, modalnya dari uang saku kami, masing-masing ngeluarin Rp 5 ribu. Tapi, kalau sekarang, setelah kami pasang link donasi di TikTok ada yang berikan donasi untuk kami belikan sepatu boot, trashbag, slop tangan, dan alat kebersihan lainnya," ucap Febrian.
Febrian mengaku meski terbilang baru memulai aksi, namun beragam pengalaman menarik pernah didapatkan. "Waktu aksi, kami pernah menemukan lintah, dan kaki seribu ukuran 15 sentimeter. Pernah juga kami menemukan kasur sampai tinja masyarakat," jelasnya.
Tak hanya itu saja, pihaknya pun pernah dituduh membuang sampah sembarangan ke sungai oleh masyarakat ketika hendak akan menaikkan sampah yang mereka kumpulkan untuk dibawa ke TPS atau TPST terdekat.
Ada juga kejadian di mana ketika Pancawara Bali memasang pelang imbauan untuk tak membuang sampah, justru beberapa waktu kemudian pelang tersebut telah dirusak. Meski demikian, kata Febrian, hal-hal semacam itu tak membuat semangatnya dan ketiga temannya untuk terus melakukan aksi bersih-bersih.
"Maret ini rencananya kami ada kolaborasi dengan bule sampah dari Jerman. Untuk aksi, kami juga akan menyasar daerah Denpasar, Kedonganan, dan Jimbaran karena banyak undangan dari netizen yang mengajak kami untuk bersih-bersih di sana," terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia pun mengharapkan agar masyarakat dapat ikut membantu TPS, dan TPA dalam mengurangi masalah sampah. "Masyarakat bisa membantu dengan memilah, dan mendaur ulang sampah. Dan tentunya, kurangi juga buang sampah sembarangan," pungkasnya.
(nor/hsa)