Pria berusia 60 tahun ini mengaku baru empat bulan mengadu nasib di Pulau Dewata. Ia pun berharap mendapat kehidupan ekonomi lebih baik.
"Iya harapannya kan bisa kerja dapat uang untuk ekonomi keluarga," kata dia, ditemui detikBali di Pantai Kuta, Bali, Minggu (04/12/2022).
Hartono bekerja sebagai pemungut sampah untuk membayar biaya sekolah anaknya dan makan sehari-hari. "Ya alhamdulillah disyukuri dapat berapa pun," kata pria yang dulunya bekerja sebagai buruh bangunan ini.
Ia membawa puluhan kilo sampah berjalan kaki ke kos-kosan milik bos pengepul sampah plastik di sekitar kawasan pertokoan Gelael, Jalan Dewi Sri, Kuta, Badung. Kurang lebih ia bolak-balik tiga kali sehari dengan jarak 4 km.
"Ini paling 20 kg lebih, biasanya saya tiga kali bolak-balik nanti. Pagi ini sampai siang, saya istirahat pulang sholat pukul 12.00 Wita, nanti sore saya lanjutkan," ucapnya tersenyum.
Ia menuturkan, sampah plastik gelas air mineral dan cup plastik dihargai Rp 4.000 per kilogram, sementara botol air mineral sedang dihargai Rp 3.500 per kilogram. Untuk kaleng minuman harga per kilogram Rp 2 ribu.
Hasil pendapatannya bukan harian, melainkan dalam jangka waktu 10 hari kerja baru bisa menjual sampah yang ia kumpulkan. Ia menimbang sampah-sampat itu, kemudian dijual ke pengepul. "Paling banyak ya Rp 600 ribu itu 10 hari baru dapat," ungkapnya. Ia berharap kelak dapat pekerjaan yang lebih baik.
(irb/hsa)