Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat sebanyak 68 bencana alam terjadi di Kabupaten Buleleng, Bali, sepanjang Januari-Februari 2023. Ratusan bangunan mengalami kerusakan karena bencana tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Buleleng Putu Ariadi Pribadi menyebut puluhan bencana alam yang terjadi di wilayah kerjanya itu didominasi oleh longsor.
"Kami menghimpun data dari Januari-Februari 2023, tanah longsor paling tinggi, kurang lebih 30 kejadian," ujarnya, Senin (27/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara keseluruhan, bencana yang terjadi mengakibatkan 240 bangunan rusak. Rinciannya, 45 bangunan rusak berat, 173 bangunan rusak sedang, dan 22 bangunan rusak ringan.
Adapun bangunan yang rusak terdiri dari rumah warga dan fasilitas umum (fasum). Dengan total kerugian materiil mencapai Rp 3,7 miliar.
"Total kerugian yang sudah dihimpun oleh tim, nilainya kurang lebih Rp 3,7 miliar," tegas Ariadi.
Pemkab Buleleng, sambung dia, akan memberikan bansos atau bantuan sosial dan perbaikan bangunan milik warga maupun fasum. Sumbernya berasal dari dana Belanja Tidak Terduga (BTT) Pemkab Buleleng.
Saat ini, Ariadi mengaku sudah mendata sejumlah kerusakan yang diakibatkan oleh bencana. Nantinya, kerusakan bangunan yang memenuhi kriteria Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 57 Tahun 2022 akan mendapatkan bantuan.
"Rumah tinggalnya yang rusak itu bisa dibantu atau mungkin fasum, seperti tempat ibadah rusak juga. Termasuk juga, korban jiwa kalau ada yang meninggal bisa diberikan santunan," jelasnya.
BPBD Buleleng mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana kapan saja. Mengingat saat ini sudah memasuki musim pancaroba atau pergantian musim hujan ke musim kemarau, tepatnya antara Februari dan Maret 2023.
"Karena memasuki musim pancaroba, perubahan cuaca juga dinamis, masih ada hujan, masih ada angin kencang. Oleh karena itu, masyarakat diimbau tetap waspada terkait dengan potensi bencana hidrometeorologi," pungkasnya.
(BIR/nor)