Para pedagang daging babi di Kota Denpasar, Bali meminta Pemerintah Provinsi Bali mengantisipasi dan mengendalikan penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika. Mereka yang berjualan di Pasar Badung itu juga berharap isu demam babi Afrika tak mempengaruhi penjualan.
"Supaya tidak jadi masalah dan kendala. Untuk sekarang ini rasa khawatir pastinya ada, tapi astungkara penjualan saya sampai sekarang masih aman dan pelanggan belum ada yang tanya-tanya tentang penyakit babi itu," kata pedagang daging babi, Ketut Nonik (50), Minggu (22/1/2023).
Perempuan asal Gianyar tersebut mengaku mengetahui tentang demam babi Afrika dari sesama pedagang daging babi. Di tengah isu ASF, ia tetap mempercayakan kualitas daging babi yang dijualnya kepada pemasok daging babi di Payangan, Ubud.
"Saya percayakan saja, apalagi saya tahu sebelum dipotong babi-babi di tempat supplier juga diberi makan yang bagus," ungkapnya.
Nonik juga menjelaskan saat ini harga daging babi mengalami kenaikan menjadi Rp 85 ribu per kilogram, dari sebelumnya Rp 80 ribu per kilogram. "(Kenaikan harga) bukan karena isu demam babi Afrika, tapi memang harganya sedang naik di pasaran. Harga ini juga sudah naik dari sebelum Galungan," kata Nonik.
Setiap hari ia menjual kurang lebih dua ekor babi atau setara 200 kilogram daging babi. Sedangkan saat ramai pembeli, penjualannya dapat meningkat dua kali lipat.
Tak berbeda jauh dengan Nonik, pedagang daging babi Luh Rukni (42) juga mengaku saat ini harga daging babi naik. "Harganya sekarang Rp 85 ribu per kilogram. Kenaikan harga ini memang rutin terjadi setiap sebelum rahinan," terang Luh Rukni.
Simak Video "Usai KTT G20, Jokowi Langsung Blusukan ke Pasar Badung"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/hsa)