Produsen dupa di Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, kebanjiran pesanan jelang puncak perayaan Tahun Baru Imlek 2574, akhir pekan ini. Seperti yang dialami tempat produksi dupa harum milik pasangan Ketut Suka Anom (41) dan Ni Nyoman Yulia Ningsih (37).
Mereka memproduksi 2.000 bungkus pesanan dupa merah sejak dua pekan lalu. Jumlah itu kemungkinan akan bertambah mengingat sejauh ini masih ada pesanan yang masuk.
"Ya jelang Imlek ini, pesanan dupa merah naik signifikan permintaannya di pasaran. Perkiraan peningkatan sampai 100 persen dari hari biasa. Ini khusus dupa merah yang dipakai untuk perayaan tahun baru Cina," ungkap Yulia Ningsih kepada detikBali di pabriknya, Jumat (20/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yulia menuturkan, dupa dengan merek Yulia Agni kian digemari karena menawarkan aroma bervariatif. Khusus dupa merah, ia menawarkan aroma wangi jenis Latesia. Produk dupa lainnya juga menawarkan aroma wangi lain seperti aroma terapi, orchid, dan banyak lagi.
Alhasil, Yulia sekeluarga berhasil menguasai hampir seluruh pasar di Bali. Bahkan, pesanan datang dari Lampung, Sulawesi, Lombok, dan beberapa kota di Pulau Jawa. Ia memasarkannya tidak hanya offline, tapi juga online melalui media sosial.
"Pesanan paling banyak datang dari Lampung. Beberapa hari lalu sempat kirim ke sana 10 dus setiap minggu. Kami menduga peminatnya fanatik dengan produk kami, sehingga selalu repeat order," imbuh Ketut Suka Anom.
Anom menjelaskan, satu kemasan dupa diukur dengan berat 800 gram. Satu kemasan itu dihargai Rp 35 ribu-40 ribuan. Dupa ini tergolong awet karena dapat hidup selama 1,5 jam hingga 2 jam.
Selain dupa merah harum, pabrik Yulia Agni juga memproduksi dupa merah besar atau dupa Tiong yang mampu bertahan selama 5 jam. Dupa Tiong jadi pesanan laris jelang Imlek. "Ya karena dupa Tiong itu jadi salah satu yang utama," kata Anom.
Untuk memenuhi pesanan Imlek, pabrikan yang berdiri sejak 2019 ini didukung 15 tenaga kerja. Soal bahan baku, Yulia dan Anom membelinya dari Medan, Sumatera Utara.
Serbuk dan gagang kayunya memakai bahan kualitas super, sehingga dupa hanya meninggalkan abu dingin saat dibakar. Proses pembuatannya pun tidak terlalu lama. Termasuk tahap pewangian memakai bahan perekat parfum yang membuat dupa wangi tahan lama.
"Prosesnya tidak memakai mesin pemanas khusus. Apalagi dijemur di matahari, bukan begitu. Kalau dijemur, nanti aromanya bakal hilang. Kami cukup angin-anginkan di ruangan. Nanti kering sendiri," pungkas Yulia.
(irb/bir)