Tradisi nyekar kuburan menjelang Hari Raya Natal di Banjar Palasari, Desa Eka Sari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana dilakukan oleh umat Kristiani menggunakan canang serta dupa seperti umat Hindu Bali. Tradisi tersebut memang mengadopsi masyarakat Hindu Bali.
"Memang kita di sini (Palasari) khusus umat Kristen Katolik ketika nyekar tidak hanya menggunakan bunga, namun menggunakan canang dan dupa. Karena warga Palasari seluruhnya adalah masyarakat asli Bali," ungkap Romo Agustinus Sugiarto dikonfirmasi, Sabtu (24/12/2022).
Romo Agus juga mengatakan, selain saat nyekar kuburan, ibadah Natal dan Paskah di Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Palasari juga menggunakan dupa. "Ya karena tradisi Bali saat ibadah menggunakan canang dan dupa, gereja Katolik dalam upacara menggunakan dupa juga," paparnya.
Tradisi yang mengadopsi umat Hindu Bali ini dilakukan masyarakat Palasari karena seluruh warganya itu dominan warga Bali asli, dan sampai saat ini tradisi itu masih dilestarikan.
"Karena orang Palasari orang Bali semua, dan kebanyakan warganya itu berasal dari Tuka, Dalung, Kabupaten Badung," imbuh Romo Agus.
Disinggung mengenai nama-nama warga Palasari yang mirip dengan masyarakat Bali, seperti contoh menggunakan nama Wayan, Made, serta Nyoman, untuk nama depan itu sudah ada sejak zaman dahulu.
"Untuk tahun kami belum dapat memastikan, intinya dari para orang tua dulu memang menamai anaknya dengan nama Bali, seperti contoh anak pertama itu Wayan, kedua Made, dan seterusnya," jelas Romo Agus.
Serta nama tempat ibadah di Palasari itu menggunakan nama Palinggih, sama dengan nama tempat ibadah umat Hindu Bali. "Itu semua menyesuaikan daerah di mana tempat ibadah umat Kristen Protestan. Seperti di daerah lain juga tetap mengadopsi ciri khas daerah tersebut," tandas Romo Agus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(nor/hsa)