200 Orang Digigit Anjing Rabies di Jembrana, 3 Meninggal

Jembrana

200 Orang Digigit Anjing Rabies di Jembrana, 3 Meninggal

I Putu Adi Budiastrawan - detikBali
Senin, 05 Des 2022 11:55 WIB
Kepala Bidang Kesehatan Hewan-Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan-Kesmavet) Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Widarsa, Senin (5/12/2022).
Kepala Bidang Kesehatan Hewan-Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan-Kesmavet) Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Widarsa, Senin (5/12/2022). Foto: I Putu Adi Budoastrawan/DetikBali
Jembrana -

Teror anjing gila atau rabies di Kabupaten Jembrana, Bali, dari bulan Januari hingga November 2022 mencapai 200 kasus dan tiga orang meninggal. Dari 51 desa/kelurahan tercatat hanya ada empat desa/kelurahan yang menjadi zero kasus gigitan anjing rabies.

"Untuk tahun 2022 hingga Oktober, kasus gigitan anjing suspek rabies mencapai 4.159 kasus, dari total itu anjing positif rabies dari hasil lab sebanyak 200 kasus," ungkap Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan-Kesmavet), Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Widarsa dikonfirmasi, Senin (5/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara kasus kematian akibat rabies hingga November 2022 tercatat tiga orang. Seluruh korban gigitan anjing selama tahun 2022 sudah mendapatkan vaksin anti rabies (VAR).

"Kami berharap kepada warga ketika adanya kasus gigitan anjing suspek rabies agar cepat mendatangi fasilitas terdekat," ujarnya.

Mengenai zona hijau kasus gigitan anjing rabies di Jembrana, tercatat sebanyak empat desa/kelurahan. Di antaranya Desa Pengambengan, Desa Loloan Barat, Desa Air Kuning dan Desa Cupel.

"Di tiga desa zona ini sebagai contoh acuan kami melakukan sosialisasi, bagaimana jika memiliki anjing agar diikat atau dikandangkan, sehingga tidak liar," papar Widarsa.

Sementara total anjing yang tercatat di Kabupaten Jembrana sebanyak 46.955 populasi, dan yang sudah tervaksinasi sebanyak 17.171 ekor. "Karena tahun 2019 hingga 2022 ini anggaran di-refocusing untuk penanganan pandemi, sehingga vaksinasi massal tidak dilakukan, hanya dilakukan vaksin emergency saat ada kasus gigitan," katanya.

Widarsa menambahkan, vaksinasi hewan warga khususnya anjing dan kucing, terkendala kerelaan pemilik mendatangi tempat vaksinasi massal. "Ketika kami datang untuk vaksin biasanya kehadiran warga rendah, kemungkinan karena terbentur waktu bekerja, sehingga vaksinasi door to door diperlukan tidak hanya saat adanya kasus," jelasnya.

Disinggung mengenai perencanaan vaksinasi massal tahun 2023, Widarsa menjelaskan, sudah masuk anggaran induk tahun 2023. Pihaknya telah menganggarkan sebanyak 12.000 dosis vaksin.

"Kami juga akan menggencarkan sosialisasi ke desa/kelurahan dan sekolah-sekolah, lantaran korban anak-anak sangat rentan," tandasnya.




(irb/hsa)

Hide Ads