Pekerja TPA Mandung Pilih Memulung, Sekolahkan Anak hingga Jadi Polisi

Pekerja TPA Mandung Pilih Memulung, Sekolahkan Anak hingga Jadi Polisi

Chairul Amri Simabur - detikBali
Minggu, 25 Sep 2022 19:45 WIB
Pekerja di TPA Mandung Tabanan mulai memulung sampah usai menjalani tugas utamanya.
Pekerja di TPA Mandung Tabanan mulai memulung sampah selepas menjalani tugas utamanya. (Chairul Amri Simabur/detikBali)
Tabanan -

Ni Ketut Pastini (53) merupakan salah satu petugas di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mandung Tabanan yang melakoni pekerjaan sampingan sebagai pemulung. Hasil dari pekerjaan sambilannya itu ia pakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga menyekolahkan anaknya. Bahkan, salah seorang anaknya kini sudah bekerja sebagai polisi.

"Dulu anak saya masuk di SMAN 1 Tabanan. Terus lanjut ke SPN di Singaraja sekitar 2013. Sekarang sudah jadi polisi," tutur Pastini saat dijumpai pada Selasa (20/9/2022) lalu.

"Biasanya setelah lepas jam kerja. Di atas jam setengah empat sore, baru saya memulung," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia pun menceritakan mulai bekerja sebagai tenaga harian lepas di TPA Mandung pada 2002 silam. Sepuluh tahun kemudian, ia lolos seleksi CPNS.

Baru pada 2014, Pastini resmi menjadi pegawai negeri dan bertugas mengawasi Instalasi Pengolah Limbah Tinja (IPLT).

ADVERTISEMENT

"Waktu itu tidak langsung cari rongsokan. Cuma tugas menjaga di bagian pengolahan kompos," tuturnya.

Ia mengenang, awal mula bekerja di TPA Mandung dan berhadapan dengan sampah, dirinya sempat tidak bisa makan. Namun, seiring waktu dan tuntutan kehidupan, Pastini mulai terbiasa berhadapan dengan aneka rupa sampah.

"Awalnya sampai tidak bisa makan saya. Tapi karena sering dan tuntutan ekonomi, ya harus dibiasakan," kata Pastini.

Pastini mengaku, pendapatannya dari memulung relatif membantu keperluan keluarganya sehari-hari. Ia pun menyadari bahwa hasil dari memulung tidak bisa dipastikan setiap harinya.

"Karena tergantung sampah yang masuk. Kalau lagi beruntung, bisa sampai sepuluh kilogram," sambungnya.

Ia pun enggan untuk membanding-bandingkan besar pendapatan yang diperoleh sebagai pegawai negeri dengan pekerjaan sambilannya sebagai pemulung. "Karena kan sambilan," kata Pastini.

Pastini menyebut dengan memulung itulah dirinya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Termasuk menyediakan biaya bersosialisasi atau mebanjaran sebagaimana orang Bali pada umumnya.

Dulu, lanjutnya, setiap sepuluh hari ia mesti menyetorkan hasil memulungnya kepada pengepul. Kini, sampah yang ia pulung akan dijemput pengepulnya dalam dua hari sekali. "Terbantu sekali (dari hasil memulung)," imbuhnya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads