Koster Dorong Potensi Budaya Bali di Desa Adat Digali-Diinventarisasi

Denpasar

Koster Dorong Potensi Budaya Bali di Desa Adat Digali-Diinventarisasi

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Sabtu, 26 Nov 2022 18:19 WIB
Gubernur Bali Wayan Koster saat memberikan sambutan di acara Pasamuan Agung Kebudayaan Bali Tahun 2022 di Art Center Denpasar, Bali pada Sabtu (26/11/2022)
Gubernur Bali Wayan Koster dalam acara Pasamuan Agung Kebudayaan Bali Tahun 2022 di Art Center Denpasar, Bali pada Sabtu (26/11/2022). (Foto: Ni Made Lastri Karsiani Putri)
Denpasar -

Gubernur Bali Wayan Koster mendorong agar potensi budaya Bali yang ada di Desa Adat ataupun lembaga-lembaga terus digali hingga diinventarisasikan.

Hal tersebut disampaikan Koster saat memberikan sambutan acara Pasamuan Agung Kebudayaan Bali Tahun 2022 pada Sabtu (26/11/2022)

"Gali lalu inventariskan semuanya dan buatkan database. Lalu, mana yang rusak agar diperbaiki, mana yang ditinggal agar dihidupkan kembali. Seperti tarian di atas api, tarian di Sesetan, dan Tari Rejang Karangasem itu luar biasa," kata Koster di hadapan anggota Majelis Kebudayaan Bali (MBK) hingga perwakilan ISI Denpasar di Art Center, Denpasar, Bali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Koster menjelaskan, seluruh kabupaten dan kota di Bali memiliki keunggulan dan keunikan budaya masing-masing. Desa Adat sendiri, kata Koster, merupakan dasar lahirnya hal tersebut hingga pelestariannya.

Menurut Koster, budaya Bali hingga saat ini belum ada yang bisa menyamakan keistimewaannya. Sehingga, kata Koster, tak heran jika budaya Bali yang beragam dan istimewa tersebut banyak dilirik banyak wisatawan.

ADVERTISEMENT

"Di Bali sendiri kita bersyukur punya aksara dan aksara menunjukkan peradaban paling kuat bagi suatu bangsa. Negara yang mempunyai aksara adalah negara dengan peradaban kuat dan negara dengan peradaban kuat adalah negara yang akan maju dan tangguh. Jadinya, kita harus memuliakan itu dan aksara adalah warisan budaya yang harus kita lestarikan," sebut Koster.

Berangkat dari hal tersebutlah, kata Koster, pihaknya meminta seluruh lokasi pariwisata hingga fasilitas umum untuk penamaan identitas agar mencantumkan aksara Bali.

Selain itu, pihaknya juga mendorong agar pelajar baik dari tingkat pendidikan paling dasar hingga tertinggi bisa memahami aksara. Sehingga, tak ada lagi stigma bahwa, hanya orang tua dan para sulinggih saja yang memahami aksara.

"Begitu juga dengan pemakaian pakaian adat Bali, bahkan tidak hanya hari Kamis dan rahinan saja kita pakai pakaian adat tapi, di hari Sabtu juga. Ini harus kita budayakan terus sebagai suatu identitas orang Bali," ungkap Koster.

Ia menyebut, dengan tingginya penggunaan pakaian adat Bali turut berdampak pada perekonomian rakyat yang dimana dalam hal ini mencakup perajin fashion hingga para pedagang.

Sehingga, kata Koster, baik identitas hingga tatanan tersebut haruslah dijaga dengan baik oleh seluruh masyarakat Bali.

Dalam kesempatan tersebut, dirinya pun menuturkan pengalamannya ketika menyambut hingga mengantarkan delegasi dan Kepala Negara dalam acara KTT G20 lalu.

Ia menuturkan, dalam berbagai kesempatan Ia konsisten dalam menggunakan pakaian adat Bali.

"Dan itu menjadi perhatian. Saya ditanya tentang pakaian adat ini dan saya jelaskan kalau ini adalah pakaian kebesaran orang Bali. Tidak ada yang mempersoalkan tentang saya yang tidak pakai jas dan dasi, malah mereka (Kepala Negara) senang, ingin foto dan memuji," aku Koster.

Menurutnya, hal-hal semacam itulah yang harus ditanamkan kepada semua pihak terkait rasa bangga akan pakaian daerah, khususnya pakaian adat Bali.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Desa Adat Gilimanuk Gelar Upacara Melasti di Tengah Kemacetan Mudik"
[Gambas:Video 20detik]
(dpra/hsa)

Hide Ads