Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, terheran-heran dengan perilaku anak dari keluarga tewas mengering di Kalideres, Jakarta Barat. Sebab, Dian Febbyana (42) disebut menyisir rambut serta memberi minum susu terhadap ibunya yang sudah menjadi mayat.
"Itu dia yang bikin saya bingung (perilaku Dian), ada indikasi sakit jiwa. Padahal keyakinan apokaliptik bukan kesakitjiwaan," kata Adrianus kepada wartawan, Selasa (22/11/2022), seperti dikutip dari detikNews.
Menurut Adrianus, kasus tewasnya sekeluarga di Kalideres itu bukan kasus pembunuhan. Ia meyakini keempat orang satu keluarga itu bunuh diri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembunuhan sih tidak. Bunuh diri, iya. (Cara bunuh dirinya) Masih seperti yang saya katakan perihal voluntary hunger," jelas Adrianus.
Untuk diketahui, voluntary hunger adalah perbuatan secara sengaja melaparkan diri sendiri hingga tewas. Namun demikian, hingga kini polisi belum bisa menyimpulkan penyebab keempat orang sekeluarga itu tewas.
Sementara itu, Pakar psikologi forensik lulusan UGM dan Universitas Melbourne, Reza Indragiri Amriel, menyebut perilaku Dian tak seperti orang pada umumnya.
"Dari kacamata umum, memang perilaku sedemikian rupa terkesan--maaf-abnormal," kata Reza.
Diberitakan sebelumnya, 4 jasad sekeluarga ditemukan dalam kondisi mengering di Perumahan Citra Garden I Extention, Kalideres, Jakarta Barat, pada 10 November 2022. Empat orang itu adalah Rudiyanto Gunawan (71) sebagai ayah, Renny Margaretha (68) sebagai ibu, Dian Febbyana (42) sebagai anak Rudiyanto dan Renny; serta Budiyanto Gunawan (69) selaku om atau adik Rudi.
Kamar Gelap dan Bau Busuk
Seorang pegawai koperasi sempat masuk ke rumah keluarga yang tewas mengering di Kalideres. Terungkap, kondisi kamar ibu dari keluarga tersebut kondisinya gelap dan berbau busuk.
Dilansir dari detikNews, keluarga di Kalideres ini menjual barang-barang yang ada di rumahnya, termasuk mobil, AC, kulkas, blender, hingga televisi. Mereka mencari mediator atau makelar. Rumah itu dijual senilai Rp 1,2 miliar. Saat itu, Budiyanto Gunawan atau Si Om dalam keluarga itu menjadi pihak yang aktif menghubungi mediator jual beli rumah.
Budiyanto pula yang menyerahkan sertifikat asli ke mediator. Namun demikian, rumah tidak laku-laku. Sertifikat pun dikembalikan dari mediator ke Budiyanto.
Suatu hari, pegawai koperasi simpan pinjam itu datang ke rumah Budiyanto. Di sana, ada pula Dian.
"Begitu membuka gerbang, langsung terasa bau busuk yang luar biasa, pada 13 Mei," kata Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi menceritakan impresi indera penciuman si pegawai koperasi saat itu.
Pegawai koperasi memeriksa sertifikat rumah itu yang tertera atas nama Renny Margaretha. Dian mengatakan, Renny Margaretha yang merupakan ibunya sedang tidur di dalam kamar. Dari kamar gelap itulah sebenarnya bau busuk berasal.
Dian mengatakan tak boleh menyalakan lampu di kamar tersebut. Ia berkilah ibunya sensitif terhadap cahaya.
Namun, pegawai koperasi ini punya inisiatif menyalakan cahaya flash dari ponselnya. Betapa terkejutnya si pegawai koperasi ketika mendapati orang di dalam kamar gelap dan bau itu ternyata adalah mayat.
"Begitu dilihat, langsung pegawai koperasi ini takbir Allahuakbar! Ini sudah mayat," kata Hengki.
Namun, Dian tetap mencoba menenangkan pegawai koperasi itu. Dian bahkan mengaku setiap hari masih memberi minum susu dan menyisiri rambut ibunya itu.
"Rambutnya rontok semua ini," kata Hengki.
(iws/hsa)