Mahasiswa yang memasang spanduk penolakan Konferensi Tingkat Tinggi The Groups of Twenty (KTT G20) hingga berujung diamankan di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi Bali buka suara. Mereka mengaku melakukan aksi tersebut sebagai bagian dari penyampaian narasi kritis.
"Sebenarnya tadi itu hanya menyampaikan narasi kritis," kata penanggung jawab aksi, Excel Bagaskhara saat ditemui wartawan di Kantor Satpol PP Provinsi Bali, Selasa (15/11/2022).
Menurut Excel, dalam aksi itu pihaknya membawa pamflet yang salah satunya berisi tulisan bahwa G20 membuat ribet masyarakat Bali. Selain itu, di salah satu banner juga tertulis bahwa 'pembahasan G20 tidak akan menyelesaikan masalah Indonesia secara keseluruhan' dalam bahasa Bali.
"(Aksi yang dilakukan) hanya penyampaian narasi kritis," tegas Excel yang mengaku berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana (FMIPA Unud) itu.
Excel menjelaskan, pihaknya melakukan aksi di perempatan depan kampus Unud di Jalan Panglima Besar (PB) Jenderal Sudirman, Kota Denpasar, Bali. Lokasi aksi lebih tepatnya di sebelah utara Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unud.
Pihaknya melakukan aksi bersama tujuh orang dengan membentangkan sebanyak tiga spanduk penolakan KTT G20. Dari tujuh orang tersebut, enam peserta di antaranya berstatus mahasiswa. Satu orang lagi berstatus sebagai pekerja.
"Sebagian memang bukan mahasiswa. Tapi mayoritas dari kami itu mahasiswa. Cuma satu orang saja yang bukan mahasiswa. (Sisanya) mahasiswa Unud," kata dia.
Pihaknya melakukan aksi dengan mengatasnamakan dari Indonesia People's Assembly. Aksi pembentangan spanduk penolakan KTT G20 itu dilakukan sebagai respon atas pembubaran diskusi yang dilakukan oleh aparat sehari sebelumnya di Gedung Student Center (SC) Unud.
Selengkapnya baca di halaman berikutnya:
Simak Video "Video Gibran Bertemu Para Pengusaha di Afsel: Salam Hangat dari Prabowo"
(dpra/hsa)